REPUBLIKA.CO.ID, BALI — Pengembangan destinasi wisata Danau Toba dilakukan menggunakan pendekatan eco-tourism. Hal itu disepakati oleh Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) dengan tujuh investor saat penandatanganan kerja sama di Bali, Kamis (11/10).
“BPODT menyambut sangat baik para investor yang berkomitmen tinggi untuk mengembangkan Danau Toba sebagai kawasan eco-tourism,” kata Direktur Utama BPODT Arie Prasetyo dalam keterangan tertulis pada wartawan.
Penandatanganan kerja sama antara pemerintah dan investor menyepakati anggaran investasi senilai Rp 6,1 triliun atau sekitar 400 juta dolar AS dengan lahan pengembangan seluas 77,5 hektar (ha). Penandatanganan perjanjian investasi diselenggarakan dalam rangkaian acara menjelang IMF – Word Bank Group Annual Meeting dalam Forum Pembangunan Berkelanjutan Tri Hita Karana ke-2 di Bali.
BPODT memastikan para investor melakukan pengembangan dengan pendekatan eco-tourism, yaitu pengembangan yang menjaga kelestarian lingkungan, pengembangan yang melibatkan pemberdayaan sosial-ekonomi masyarakat di sekitar Danau Toba, serta pengembangan dengan menjaga kearifan lokal dan tradisi warisan budaya setempat.
Arie menjelaskan kerja sama yang terjalin tidak hanya menyoal solusi investasi saja. Namun, pemerintah dan investor memastikan proses pengembangan berjalan sesuai pendekatan eco-tourism yang menjaga keharmonisan alam, manusia, dan aspek spiritual.
Arie menjelaskan investor memulai pengembangan dengan membangun fasilitas-fasilitas penunjang pariwisata, seperti hotel dan resort berstandar internasional, MICE (meeting, incentive, convention, and exhibition), agro-forestry, pertanian organik, wisata desa, dan pendidikan tentang pariwisata. Selain itu, dibangun pemberdayaan sosial-ekonomi yang memungkinkan masyarakat di wilayah pariwisata Danau Toba dan sekitarnya menjadi sejahtera.
Dia menjelaskan luas area yang dimanfaatkan lebih dari 386 hektare di Kabupaten Toba Samosir untuk pengembangan Lake Toba Eco-Cultural Tourism Development.
Tenaga Ahli Menteri Pariwisata dan Ketua Pokja Bidang Percepatan Pembangunan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas, Hiramsyah S. Thai menganggap peran swasta penting untuk mewujudkan Danau Toba sebagai destinasi wisata berkelas dunia. Pemerintah memberikan dukungan penuh melalui Strategi Pengembangan Pariwisata “3A” yaitu, Atraksi (mencakup sembilan Portfolio Strategi Pariwisata), Akses (dengan panduan Pemerintah), dan Amenitas (melibatkan sektor swasta). Selain itu ada dukungan pembangunan infrastruktur, kemudahan perizinan, dan hal terkait lainnya.
“Saya yakin, para pelaku bisnis industri pariwisata dapat bergerak cepat untuk melakukan pengembangan,” ujar Hiramsyah.
Pemerintah telah melakukan terobosan meningkatkan kepariwisataan Indonesia agar dikenal di dunia internasional, termasuk mengupayakan agar Geopark Kaldera Toba mendapat pengakuan sebagai UNESCO Global Geopark. Pada 2019, Industri Pariwisata diproyeksikan menyumbang devisa terbesar di Indonesia yakni sebesar 20 miliar dolar AS. Indonesia menargetkan sektor pariwisata menjadi yang terbaik di kawasan regional, bahkan melampaui ASEAN. Saat ini country branding ‘Wonderful Indonesia’ menempati posisi 47 dunia dengan perbandingan ‘Truly Asia Malaysia’ pada peringkat 96, dan ‘Amazing Thailand’ peringkat 83.