Jumat 12 Oct 2018 16:42 WIB

Jack Ma Sindir Perang Dagang AS-Cina di Bali

Ma justru mensyukuri perang dagang yang mendorong Alibaba masuk ke pasar lain.

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Indira Rezkisari
Perkembangan dan Inovasi Digital Ekonomi. Presiden Bank Dunia Yong Kim (kiri) bersama pendiri Alibaba Group Jack Ma menjadi nara sumber saat diskusi di sela Pertemuan Tahunan IMF - Bank Dunia 2018 di Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10).
Foto: Republika/ Wihdan
Perkembangan dan Inovasi Digital Ekonomi. Presiden Bank Dunia Yong Kim (kiri) bersama pendiri Alibaba Group Jack Ma menjadi nara sumber saat diskusi di sela Pertemuan Tahunan IMF - Bank Dunia 2018 di Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10).

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Pendiri Alibaba, Jack Ma secara tidak langsung menyindir perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dan Cina yang masih terjadi sampai hari ini. Presiden AS, Donald Trump sebelumnya telah menerapkan tarif impor 10 persen untuk 200 miliar dolar AS produk Cina dan mengancam akan menambah bea masuk hingga 267 miliar dolar AS jika Cina memberlakukan tarif balasan.

Penerapan tarif sepihak oleh AS hanya akan mendorong Cina mengekspor ke negara-negara lain. Ma mencontohkan negara-negara Afrika adalah pasar besar dan paling potensial saat ini, tak terkecuali bagi Alibaba.

"Saya berterima kasih kepada orang-orang yang menyarankan saya masuk ke Afrika. Awalnya saya berpikir Afrika isinya negara-negara miskin dan kacau. Namun, ketika saya ke sana, saya menyadari orang-orang Afrika itu muda, enerjik, dan tak punya rasa takut," kata Ma dalam diskusi 'Disrupting Development: How Platforms and Innovation are Changing the Future of Developing Nations' di Hotel Westin, Nusa Dua, Jumat (12/10).

Ma menilai peluang ekonomi di Afrika sangat tinggi. Meski infrastruktur, khususnya jaringan internet di sana belum sebagus regional lain, namun jumlah pengguna ponselnya terbilang tinggi.

Bagi Ma, modal utama sukses bukan infrastruktur, melainkan sumber daya manusia (SDM). Oleh sebab itu pemilik perusahaan perniagaan elektronik terbesar di Cina ini berencana melahirkan 10 ribu wirausahawan yang menjadi motor pembangunan baru di Afrika. Caranya dengan mengundang calon-calon pengusaha baru ini belajar dan berkunjung langsung ke Negeri Tirai Bambu tersebut.

Baru-baru ini Ma mengundang seribu wirausahawan Afrika datang ke pusat Alibaba Grup di Distrik Xixi, Hangzhou. Di sana mereka dilatih membangun sistem pemasaran, melihat langsung rantai pasar, seperti membantu petani memasarkan produknya dari nol.

"Harapannya beberapa tahun ke depan semakin banyak Alibaba dan Alipay di Afrika," katanya.

Terkait perang dagang, Ma berpendapat kompetisi seharusnya menjadi sesuatu yang menghibur, bukan sesuatu yang perlu ditakuti. Kompetisi hendaknya memotivasi pemerintah dan pengusaha untuk memperbaiki layanannya.

Ma menjadi tamu istimewa dalam Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) - Bank Dunia (World Bank) di Bali. Dia hadir memberikan motivasi bagi ribuan peserta dan delegasi yang hadir dalam sesi diskusi bersamanya yang dipandu langsung Presiden Grup Bank Dunia, Jim Yong Kim.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement