Senin 15 Oct 2018 17:11 WIB

Kontribusi Perkebunan Ungguli Migas

Produksi sawit seharusnya masih bisa ditingkatkan.

Anak-anak melihat lahan yang baru pertama kali ditanam sawit di Desa Air Kumbang Bakti, Kecamatan Air Kumbang, Kabupaten Banyuasin, Sumatra Selatan, Senin (15/10).
Foto: Dok Republika
Anak-anak melihat lahan yang baru pertama kali ditanam sawit di Desa Air Kumbang Bakti, Kecamatan Air Kumbang, Kabupaten Banyuasin, Sumatra Selatan, Senin (15/10).

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUASIN -- Direktur Jenderal Perkebunan Bambang menyebut kontribusi sektor perkebunan mengungguli sektor migas. Pada 2017, jumlah kontribusi perkebunan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional mencapai Rp 471 triliun.

“Ini meningkat dari tahun sebelumnya,” kata Bambang  saat acara Tanam Perdana Kebun Masyarakat (Plasma) Kelapa Sawit di Desa Air Kumbang Bakti, Kecamatan Air Kumbang, Kabupaten Banyuasin, Sumatra Selatan, Senin (15/10).

Sementara, untuk ekspor dari sektor perkebunan pada 2017, mencapai Rp 432 triliun. “Ini hal yang menggembirakan di saat nilai rupiah melemah,” kata Bambang.

Menurut Bambang, menteri pertanian dan presiden sangat serius mendukung sektor perkebunan untuk menopang ekonomi bangsa. Namun, dari kontribusi yang besar untuk bangsa itu, Bambang mengingatkan agar produksi dari sektor perkebunan masih perlu ditingkatkan.

Salah satunya, dari komoditas sawit. Karena untuk saat ini, produksi dari setiap satu hektare lahan sawit menghasilkan dua hingga tiga ton per hektare. Seharusnya, bisa ditingkatkan menjadi 10 hingga 12 ton per hektare.“Kalau produksi sawit meningkat maka ini bisa menambah kesejahteraan bagi petani,” kata Bambang saat memberikan sambutan.

Untuk meningkatkan produksi sawit itu, Bambang menyebut semua pihak baik petani, pemerintah, dan perusahaan untuk membenahi industri perkebunan sawit. “Tentunya dalam berbagai hal, usaha perkebunan kita masih banyak tantangan,” kata Bambang.

photo
Bupati Banyuasin Askolani (ketiga dari kiri) dan Dirjen Perkebunan Bambang (keempat dari kiri) saat acara Tanam Perdana Kebun Masyarakat (Plasma) Kelapa Sawit di Desa Air Kumbang Bakti, Kecamatan Air Kumbang, Kabupaten Banyuasin, Sumatra Selatan, Senin (15/10).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement