Rabu 17 Oct 2018 11:43 WIB

Haedar Nashir Ajak Pemuka Agama Menuju Dunia Bersama

Semua manusia pantas hidup berdampingan secara damai.

Rep: Fuji E Permana / Red: Nashih Nashrullah
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir saat tengah menyampaikan amanat dalam Ta'aruf Mahasiswa Baru Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (Mataf Maba UMY) tahun 2018 pada Senin (27/8) di Sportorium UMY.
Foto: dok. UMY
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir saat tengah menyampaikan amanat dalam Ta'aruf Mahasiswa Baru Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (Mataf Maba UMY) tahun 2018 pada Senin (27/8) di Sportorium UMY.

REPUBLIKA.CO.ID, BOLOGNA— Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir menghadiri Konferensi Internasional Bridges of Peaces, Religions and Cultures in Dialogue yang diselenggarakan Community of San’t Egidio Archdiocese of Bologna pada Selasa (16/10). 

Dalam kesempatan tersebut Haedar menyampaikan makalah yang berjudul Bridges of Peaces, Religions and Cultures in Dialogue.

Setelah memaparkan makalahnya, Haedar mengajak hubungan antara bangsa di dunia bisa melampaui batas-batas konvensional dan bergerak menuju era baru yakni dunia bersama. 

"Kita harus bekerja bersama untuk mencegah dan menolak segala bentuk kekerasan, penindasan, konflik, perang, dan korupsi peradaban manusia," kata Haedar, Selasa (16/10). 

Dia juga menyampaikan bahwa Muhammadiyah telah memainkan peran penting resolusi konflik dalam memecahkan permasalahan di beberapa negara. Misalnya seperti yang terjadi di Filipina Selatan dan Thailand Selatan. Muhammadiyah juga terlibat mempromosikan rekonsiliasi dan perdamaian. 

Selain itu, Muhammadiyah telah menjalankan program kemanusiaan di Rohingya dan Cox 's Bazar Bangladesh melalui Muhammadiyah Aid. Program kemanusiaan juga dijalankan Muhammadiyah untuk membantu masyarakat Palestina yang telah menerima perlakuan tidak adil di Timur Tengah. 

"Semua ini dimotivasi kemanusiaan dan kesadaran bahwa dalam peradaban modern semua manusia pantas hidup bahagia dan hidup berdampingan secara damai tanpa diskriminasi, penderitaan dan penindasan," ujarnya. 

Haedar juga mengajak para tokoh agama dunia yang hadir dalam forum tersebut untuk memperkuat dan memperluas komitmen kolektif dalam beragama. Tujuannya untuk menciptakan tatanan global yang damai dan bersahabat.

Maka semua pihak harus bekerja bersama-sama untuk mencegah dan menolak segala jenis konflik, kekerasan atau hegemoni politik atas nama apapun. Untuk menyelamatkan kehidupan manusia dan alam semesta.

Sebelumnya, di hadapan puluhan perwakilan pemimpin agama dunia, Haedar menyampaikan bahwa agama pada dasarnya mengajarkan manusia untuk berinteraksi dengan baik dan hidup dalam toleransi.

Agama juga mengajarkan bekerja sama menuju perdamaian, kemakmuran, kemajuan dan kebahagiaan bersama semua umat manusia yang hidup di alam semesta. 

"Dengan semangat hidup bersama dengan tulus dan damai, serta dengan etika kolektif yang tinggi, seseorang dapat mengamankan bumi yang terbebani dan menjadikannya tempat yang nyaman bagi semua orang," kata Haedar.

Ia menerangkan, dalam perspektif Islam, agama mengajarkan bagaimana seseorang membangun hubungan yang dekat dengan Tuhan melalui ritual dan ibadah. Agama juga mengajarkan bagaimana membangun hubungan yang baik dengan orang lain untuk membangun peradaban yang sangat baik di bumi.

Selain itu Islam mengajarkan cinta kepada makhluk lain termasuk cinta kepada tumbuhan, hewan serta lingkungan tempat mereka tinggal bersama dalam suatu ekosistem.

"Manusia seharusnya tidak membuat kerusakan dengan membunuh, mengeksploitasi sumber daya alam dan melakukan bahaya apapun terhadap kehidupan masyarakat," ujarnya.

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement