Ahad 21 Oct 2018 16:01 WIB

Saudi Ungkap Versi Baru Detik-Detik Tewasnya Khashoggi

Jenazah Khashoggi digulung di dalam karpet lalu dibuang

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Budi Raharjo
Tawakkol Karman, pemenang Hadiah Nobel Perdamaian untuk 2011 memegang gambar penulis Arab yang hilang Jamal Khashoggi saat ia berbicara kepada wartawan dekat konsulat Arab Saudi, di Istanbul, Turki.
Foto: AP /Emrah Gurel, File
Tawakkol Karman, pemenang Hadiah Nobel Perdamaian untuk 2011 memegang gambar penulis Arab yang hilang Jamal Khashoggi saat ia berbicara kepada wartawan dekat konsulat Arab Saudi, di Istanbul, Turki.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Seorang pejabat senior Pemerintah Arab Saudi mengungkap versi baru dari penyebab kematian jurnalis Jamal Khashoggi. Pernyataan pejabat yang berbicara secara anonim ini bertentangan dengan penjelasan Arab Saudi sebelumnya yang mengatakan Khashoggi meninggal di dalam konsulat karena berkelahi.

Pejabat tersebut menjelaskan rincian tentang bagaimana tim yang terdiri dari 15 orang dikirim dari Arab Saudi untuk menghadapi Khashoggi pada 2 Oktober lalu. Mereka mengancamnya akan dibius dan diculik, tetapi kemudian membunuhnya dengan cekikan ketika dia melawan.

Seorang pelaku kemudian mengenakan pakaian Khashoggi untuk membuat seolah-olah dia telah meninggalkan konsulat. Menurut pejabat Saudi itu, jenazah Khashoggi digulung di dalam karpet dan diberikan kepada 'kooperator lokal' untuk dibuang.

Saat ditanya tentang dugaan bahwa Khashoggi telah disiksa dan dipenggal kepalanya, dia mengatakan hasil awal penyelidikan tidak menunjukkan hal itu. Para pejabat Turki sebelumnya mencurigai jenazah Khashoggi telah dimutilasi.

Pejabat Saudi tersebut mengatakan ia menyajikan hasil awal penyelidikan internal dan kesaksian dari mereka yang terlibat. Namun dia tidak memberikan bukti temuan investigasi dan bukti lainnya.

Pernyataan ini adalah pernyataan terbaru dari Arab Saudi yang sebelumnya telah berubah-ubah beberapa kali. Pihak berwenang Arab Saudi awalnya menolak laporan bahwa Khashoggi telah hilang di dalam konsulat dan mengatakan dia telah meninggalkan gedung itu segera setelah masuk.

Ketika media melaporkan beberapa hari kemudian bahwa Khashoggi telah terbunuh di sana, mereka menyebut tuduhan itu tidak berdasar. Saat ditanya oleh Reuters mengapa penyebab kematian Khashoggi terus berubah dan memiliki beragam versi, pejabat itu mengatakan pernyataan awal Pemerintah Saudi didasarkan pada informasi palsu yang dilaporkan secara internal pada saat itu.

"Saat ini sudah jelas, laporan awal ternyata salah. Kami meluncurkan penyelidikan internal dan menahan diri untuk memberi komentar publik lebih lanjut," kata pejabat itu.

Menurut dia, pemerintah ingin meyakinkan Khashoggi, yang pindah ke Washington setahun lalu, untuk kembali ke Saudi. Keinginan ini merupakan bagian dari kampanye untuk mencegah para pembangkang Saudi direkrut oleh musuh-musuh negara itu.

Untuk itu, wakil kepala Presidensi Umum Intelijen, Ahmed al-Asiri, mengumpulkan 15 anggota tim dari intelijen dan pasukan keamanan untuk pergi ke Istanbul. Mereka ingin bertemu Khashoggi di konsulat dan mencoba meyakinkan dia untuk kembali ke Arab Saudi.

“Ada perintah untuk menegosiasikan kembalinya para pembangkang secara damai. Asiri adalah orang yang membentuk tim dan meminta seorang karyawan yang bekerja dengan (Saud), al-Qahtani, dan yang tahu Jamal sejak mereka bekerja di kedutaan di London," katanya.

Menurut rencana, tim akan menahan Khashoggi di sebuah rumah di luar Istanbul untuk jangka waktu tertentu. Mereka akan membebaskannya jika dia akhirnya menolak untuk kembali ke Arab Saudi.

Banyak hal yang salah sejak awal ketika tim melanggar perintah dan dengan cepat menggunakan kekerasan, kata pejabat itu. Menurut laporan Pemerintah Saudi, Khashoggi diantar ke kantor konsul jenderal dan bertemu Maher Mutreb yang berbicara kepadanya tentang kembali ke Arab Saudi.

Bersambung ke halaman berikutnya..

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement