Senin 22 Oct 2018 20:03 WIB

Rusia Siap Berdialog dengan AS Soal Pakta Rudal dan Nuklir

Moskow dan Washington dilarang memiliki lebih dari 1.500 hulu ledak pada ICBM.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Sergei Lavrov (kiri)
Foto: EPA/Igor Kupljenik
Sergei Lavrov (kiri)

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan Rusia siap berdialog dengan Amerika Serikat (AS) untuk membahas langkah-langkah praktis guna memperpanjang Treaty on Measures for the Further Reduction and Limitation of Strategic Offensive Arms (New Start).

Perjanjian yang ditandatangani AS dan Rusia pada April 2010 itu akan habis masa berlakunya pada Februari 2021.

“Kami telah menyatakan lebih dari sekali, termasuk melalui pernyataan oleh Presiden Vladimir Putin, kesiapan kami, sebagaimana ditetapkan oleh perjanjian (New Start) itu sendiri, untuk memperpanjang efeknya setelah 2021, ketika 10 tahun pertama operasinya berakhir,” kata Lavrov pada Senin (22/10), dikutip laman kantor berita Rusia TASS.

Perjanjian New Start, yang mulai berlaku pada 5 Februari 2011, menetapkan setelah tujuh tahun pemberlakuannya AS dan Rusia tidak diperkenankan memiliki lebih dari 700 rudal balistik antarbenua (ICBM), rudal balistik yang diluncurkan di bawah laut (SLBM), dan pengebom strategis.

Baca juga,  Trump: AS akan Mundur dari Perjanjian Nuklir dengan Rusia.

Moskow dan Washington pun dilarang memiliki lebih dari 1.500 hulu ledak pada ICBM. Dalam perjanjian New Start, AS dan Rusia diwajibkan bertukar informasi tentang jumlah hulu ledak dan pengangkutnya sebanyak dua kali dalam setahun.

The Financial Times, pada Ahad (21/10), mengutip pernyataan pejabat tinggi di pemerintahan AS melaporkan bahwa Washington tengah mempertimbangkan pilihan untuk merevisi perjanjian New Start. Kendati demikian belum ada pengumuman atau keterangan resmi mengenai hal itu.

Meskipun belum mengetahui apakah AS bersedia melanjutkan perjanjian New Start, Lavrov menegaskan Rusia siap berunding. “Kami akan siap untuk berbicara dengan AS tentang apa yang harus dilakukan untuk itu (memperpanjang perjanjian New Start),” ujarnya.

Lavrov pun turut mengomentari rencana AS hengkang dari perjanjian Intermediate-range Nuclear Forces Treaty (INF). Perjanjian yang ditandatangani AS dan Uni Soviet pada 1987 itu melarang kedua negara memiliki, memproduksi, atau menguji coba rudal nuklir dengan daya jangkau 500-5.500 kilometer.

“Kami memformulasikan pendekatan kami, baik untuk perjanjian INF dan New Start beberapa waktu yang lalu dan secara khusus,” ucapnya.

“Kami ingin AS memberikan jawabannya kepada kami. Pada gilirannya, kami sudah menanggapi pertanyaan-pertanyaan, yang telah kami sampaikan kepada AS, dan untuk tujuan ini perlu melibatkan mekanisme yang ada sesuai dengan dokumen-dokumen (perjanjian) ini,” kata Lavrov menambahkan.

Ia menilai, dialog untuk mempertahankan INF dan memperpanjang perjanjian New Start diperlukan karena Rusia dan AS memikul tanggung jawab untuk menjaga stabilitas global. “Kami berharap bahwa AS tidak akan melepaskan tanggung jawabnya juga,” ujar Lavrov.

Trump telah mengumumkan rencananya untuk menarik AS dari INF. "Kami harus mengembangkan senjata-senjata itu (rudal nuklir). Kami akan mengakhiri perjanjian (INF) dan kami akan mundur," kata Trump kepada awak media seusai menghadiri rapat di Nevada, AS, Sabtu (20/10).

 Trump mengklaim Rusia telah melanggar kesepakatan INF dengan mengembangkan senjata dan rudal nuklir.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement