REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengimbau agar masyarakat tetap mengutamakan persatuan dan kesatuan di tengah isu pembakaran bendera berwarna hitam bertuliskan kalimat Tauhid. Masyarakat tak perlu memperuncing masalah dan cukup menyerahkan kepada pihak berwajib.
Politikus PKS Pipin Sopian mengatakan, sejatinya pihak dia prihatin atas pembakaran yang dilakukan oleh anggota Banser NU. Terlepas apapun alasan yang dikemukakan pihak Banser, kepolisian perlu mengusut tuntas secara adil dan transparan atas kasus tersebut. Hal itu semata-mata agar duduk perkara menjadi jelas.
"Kita harus meminta kepada semua pihak untuk menahan diri. Menjaga kesatuan dan persatuan. Saya kira pembakaran itu juga tak bisa disebut dilakukan oleh Banser, tapi oleh oknum," katanya saat dihubungi, Selasa (23/10).
Selain menimbulkan kontroversi di masyarakat, pembakaran bendera tersebut turut meramaikan jagat media sosial. Sebagian masyarakat geram atas tindakan tersebut. Alhasil, aksi protes terjadi di sejumlah tempat, seperti di Garut dan di Solo. Pada Rabu (24/10) besok, di Banten dikabarkan akan ada aksi Bela Tauhid.
Pipin menjelaskan, mengingat kasus yang menyangkut keagamaan cukup sensitif di Indonesia, pemerintah harus memberikan pernyataan sikap. Terutama langsung dari Presiden Joko Widodo. Hal itu diperlukan karena kasus pembakaran bendera itu bukan tidak mungkin akan melebar menjadi masalah kerukunan antar umat Islam.
Disatu sisi PKS menuntut permintaan maaf dari pelaku maupun atas nama Banser. Sebab, apapun yang diklaim nyatanya secara spontan menyulut kemarahan masyarakat luas. Pipin menilai, di tengah situasi seperti sekarang, isu mengenai HTI juga tak perlu lagi diangkat karena hanya akan melebarkan masalah tanpa arah.
"Itu sudah jelas kalimat tauhid, simbol akidah umat islam," ujarnya.
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu'ti menambahkan, seharusnya pembakaran bendera itu tidak perlu dan tidak seharusnya terjadi. Aksi itu sudah kebablasan, apalagi dilakukan pada saat peringatan Hari Santri.
Mu'ti menyesalkan bagaimanapun yang dibakar itu adalah kalimat syahadat yang sangat suci dan mulia. "Kalau yang mereka melakukan itu sebagai bentuk nasionalisme, ekspresi dan aktualisasinya keliru. Nasionalisme seharusnya dilakukan dengan cara-cara yang santun dan tetap dalam bingkai akhlak yang luhur," kata Mu'ti.
Mu'ti menilai, sangat wajar apabila sebagian umat Islam marah terhadap aksi pembakaran kalimat tauhid ini. Walapun demikian, ia meminta masyarakat, khususnya umat Islam, tidak perlu menanggapi persoalan pembakaran bendera secara berlebihan.