REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Andre Rosiade memastikan pihaknya tidak akan memanfaatkan insiden pembakaran bendera bertuliskan kalimat syahadat untuk kepentingan politik. Tim Prabowo-Sandi tidak akan melakukan hal yang berpotensi memecah belah bangsa.
"Ya tidak lah. Kita tidak mau memecah belah bangsa. Kita tidak ingin bangsa ini gaduh," kata dia kepada Republika.co.id, Kamis (24/10).
Selain itu, Andre mengatakan insiden tersebut harus diserahkan sepenuhnya kepada pihak kepolisian. Dia ingin pihak kepolisian segera bergerak memproses kasus tersebut secara transparan, berkeadilan dan profesional.
Pelaku pembakaran itu, menurut Andre, juga mesti menyampaikan permohonan maaf dan tidak membelokkan masalah itu ke hal-hal yang lain. Permohonan maaf itu, kata dia, perlu disampaikan dalam kaitannya dengan bendera yang dibakar.
Sebab, Andre menilai, bendera yang dibakar itu bukan bendera Hizbut Tahrir Indonesia. Bendera yang dibakar menurutnya adalah Arrayah yang merupakan panji Rasulullah yang digunakan saat berperang melawan musuh-musuh Allah kala itu.
"Jangan sampai semua orang yang pegang bendera tauhid itu dibilang HTI. Ini persepsi yang salah, masa yang pegang bendera tauhid dibilang HTI," kata dia.
Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Wiranto, meminta Polri dan Kejaksaan Agung memperjelas persoalan pembakaran bendera bertuliskan tauhid yang identik dengan HTI. Ia tak ingin ada pihak yang mencoba memanfaatkan situasi ini untuk hal-hal negatif.
"Dalam rangka memperjelas permasalahannya, maka klarifikasi dan pendalaman akan dilaksanakan Polri dan Kejaksaan RI," ujar Wiranto Selasa (23/10) kemarin.
Wiranto tak ingin situasi yang berkembang belakangan ini terkait kasus tersebut, dimanfaatkan pihak-pihak tak bertanggung jawab untuk mengganggu ketenangan masyarakat. Menurutnya, siapa pun dan pihak mana pun yang mencoba memanfaatkan situasi tersebut untuk hal-hal negatif, sama dengan mengkhianati pengorbanan para pendahulu bangsa.