Jumat 26 Oct 2018 11:20 WIB

LPBI NU Terapkan Pengurangan Plastik dengan Metode 'Ngaji'

Memasukkan nilai agama dapat menjadi acuan dalam melakukan perubahan hidup lebih baik

Rep: Novita Intan/ Red: Andi Nur Aminah
Mengelola sampah plastik (ilustrasi)
Foto: Istimewa
Mengelola sampah plastik (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kegiatan pengurangan timbunan sampah melalui program Ngaji Plastik dirintis oleh Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Kegiatan bank sampah ini nantinya berbasis masyarakat dengan pendekatan komunitas, masjid, dan pondok pesantren.

Direktur Bank Sampah Nusantara (BSN) LPBI NU Fitria Aryani mengatakan metode kegiatan Ngaji cukup efektif digunakan dalam program ini. Sebab, dengan memasukkan nilai agama dapat menjadi acuan dalam melakukan perubahan hidup lebih baik. “Pendekatan dengan metode Ngaji Plastik cukup efektif bagi kalangan pesantren, karena ada nilai keagamaan yang dimasukkan dalam nilai keilmiahan, agama bisa menjadi rem bagi kehidupan. Hal ini nantinya yang akan kami terapkan dalam pengurangan sampah plastik,” ujarnya kepada Republika.co.id, di Gedung PBNU, Jumat (26/10).

Baca Juga

Menurutnya, program ini juga merupakan pintu untuk melakukan upaya penyadaran terhadap masyarakat akan bahaya sampah plastik. Selain itu juga memberikan pengetahuan terkait pemilahan sampah organik dan non organik. “Kami ingin memberikan pembelajaran bagi masyarakat untuk mengenali jenis sampah, sehingga dapat memilah jenis-jenis sampah yang dapat dimanfaatkan, jadi tidak mudah dibuang begitu saja,” ucapnya.

Ia menjelaskan, jenis sampah yang didaur ulang antara BSN satu dengan yang lainnya berbeda. Hal itu agar tidak mengalami kesulitan ketika hasil daur ulangnya laku di pasar. “BSN yang ada di pusat mengolah dari jenis sampah seperti botol plastik dan koran. Jenis sampah dari botol plastik dijadikan ekorobik kemudian dibikin berbagai macam barang, seperti kursi dan meja,” ucapnya.

Menurutnya, produk-produk yang dihasilkan dari sampah, seperti koran dapat menghasilkan berbagai souvenir, seperti gantungan kunci wayang, patung, dan lukisan yang mempunyai nilai jual. “LPBI Banyuwangi ada 75 bank sampah ada di pesantren dan komunitas pengajian. Setiap produk menyesuaikan kondisi kabupaten. Contoh di Lebak kebanyakan sampah pakaian maka dibikin pot kembang. Begitu juga di Kerawang, Cilacap, Brebes,” ucapnya.

Ia menambahkan, berbagai jenis sampah dapat diolah menjadi barang yang bermanfaat, setidaknya bisa mengurangi pengeluaran biaya untuk pembuangan sampah. Sementara kalau masyarakat sudah bisa memilah sampah, lalu ditabung di bank sampah, maka akan mendapatkan nilai lebih dari hasil jual sampah. “Keduanya, baik produk yang dihasilkan bernilai jual atau tidak, semuanya menjadi berkah,” ungkapnya. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement