Jumat 26 Oct 2018 12:41 WIB

Peru Susul Indonesia Rilis Data Pelacakan Kapal

Pelacakan kapal untuk memerangi penangkapan kapal ilegal.

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Friska Yolanda
Sejumlah kapal kargo melego jangkar di Selat Madura, Jawa Timur, Senin (22/10). Peru menyusul Indonesia merilis seluruh data pelacakan kapal nasional kepada publik melalui Global Fishing Watch (GFW).
Foto: ANTARA FOTO/Didik Suhartono
Sejumlah kapal kargo melego jangkar di Selat Madura, Jawa Timur, Senin (22/10). Peru menyusul Indonesia merilis seluruh data pelacakan kapal nasional kepada publik melalui Global Fishing Watch (GFW).

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Peru menyusul Indonesia merilis seluruh data pelacakan kapal nasional kepada publik melalui Global Fishing Watch (GFW). Momen ini bertepatan dengan konferensi tahunan Our Ocean V di Bali hingga 31 Oktober 2018.

Semua orang sekarang dapat memantau kapal-kapal perikanan komersial Peru secara real time dan gratis menggunakan platform GFW. Peru merupakan negara perikanan terbesar kedua di dunia setelah Cina dan merupakan salah satu lokasi stok tunggal ikan teri Peru terbesar di dunia.

Oceana sebagai mitra pendiri GFW telah menjalin kerja sama erat dengan pemerintah Peru untuk meningkatkan transparansi penangkapan ikan komersial di perairan negara tersebut. Setidaknya 1.300 kapal ikan komersial Peru yang sebagian besar tidak terdeteksi sebelumnya oleh data Automatic Identification System (AIS) GFW kini dapat terpantau dengan mudah di peta umum.

“Dengan merilis data pelacakan kapal mereka ke publik, Peru telah mengambil langkah jauh ke depan untuk menjadikan transparansi perikanan sebagai norma, bukan pengecualian,” kata CEO GFW, Tony Long kepada Republika.co.id, Jumat (26/10).

Kemajuan ini menjadikan jumlah kapal yang dilacak melalui GFW saat ini meningkat hingga sepuluh kali lipat. Tony menilai ini dapat meningkatkan pengawasan dan pengendalian nasional, seperti memerangi penangkapan ikan ilegal, tak dilaporkan dan tidak teregulasi di Peru.

Indonesia sebagai tuan rumah Our Ocean 2018 adalah negara pertama yang merilis data pelacakan Vessel Monitoring System (VMS) kapalnya melalui GFW pada tahun 2017. Langkah Indonesia ini memungkinkan pelacakan sekitar lima ribu kapal nelayan yang tidak menggunakan AIS melalui peta GFW.

GFW menggunakan data AIS yang dipancarkan secara umum untuk melacak pergerakan kapal penangkap ikan. Meskipun banyak kapal-kapal besar penangkap ikan telah dilengkapi AIS, penambahan data VMS, yang umumnya diwajibkan oleh pemerintahan berbagai negara, pada peta GFW akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai penangkapan ikan di dunia. Peru juga menggunakan data pencitraan malam hari GFW untuk mengungkap posisi kapal penangkap ikan yang beroperasi di malam hari.

Transparansi merupakan hal yang sangat penting dalam menjaga kelestarian lautan dunia, mulai dari memerangi penangkapan ikan ilegal, melindungi stok dan kehidupan ikan, serta meningkatkan keselamatan dan kesejahteraan nelayan. GFW telah berkomitmen untuk mengajak 20 negara lainnya bergabung bersama program transparansi hingga 2022 demi memajukan pengelolaan perikanan yang bertanggung jawab.

"Kami menghimbau negara-negara lain untuk mengikuti langkah Indonesia, Peru dan Kanada," ujar Tony.

Vice President, Oceana Peru, Patricia Majluf menambahkan Peru menjadi negara pertama yang mampu menggunakan GFW secara menyeluruh. Peningkatan transparansi ini akan membantu masyarakat Peru melihat seluruh manfaat perikanan sekarang dan masa depan.

Upaya Peru muncul setelah dukungan resmi pemerintah Kanada terhadap GFW pada pertemuan tingkat menteri G7 di Halifax awal bulan ini. Mereka berkomitmen mengupayakan berbagi data lebih baik, meningkatkan ilmu pengetahuan ,dan berinvestasi hingga 11,6 juta dolar AS untuk memerangi penangkapan ikan. 

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement