Jumat 26 Oct 2018 23:24 WIB

Kementan: Saatnya Potensi Pangan Lokal Dikembangkan

Indonesia memiliki jenis bahan makanan terbanyak ketiga di dunia

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian (Kementan) Agung Hendriadi saat mengunjungi Kawasan Mandiri Pangan (KMP) di Kabupaten Gianyar, Bali, Jum’at (21/9)
Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian (Kementan) Agung Hendriadi saat mengunjungi Kawasan Mandiri Pangan (KMP) di Kabupaten Gianyar, Bali, Jum’at (21/9)

REPUBLIKA.CO.ID, BLORA -- Potensi bahan pangan yang ada di Indonesia sangat melimpah. Jenis tanaman yang bisa dimanfaatkan dan diolah menjadi bahan pangan lokal masih cukup banyak.

Hanya saja, masyarakat Indonesia belum bisa memaksimalkan potensi bahan pangan yang melimpah di negeri sendiri guna mendorong program kedaulatan pangan.

Hal ini ditegaskan Kepala Badan Ketahanan Panganan Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi, usai menghadiri Hari Pangan Nasional ke- 38 tingkat Jawa Tengah, yang dipusatkan di Kabupaten Blora, Jumat (26/10).

Menurut Agung, Indonesia memiliki jenis bahan makanan terbanyak ketiga di dunia. Namun sayang, ketergantungan pangan masyarakat Indonesia terhadap beras dan gandum masih cukup tinggi.

Bahkan di era yang semakin modern seperti sekarang ini. “Kira- kira, kalau ‘dibedah’, isi perut orang Indonesia itu isinya hanya jenis  makanan dari beras dan gandum,” ungkapnya.

Bahkan, lanjut Agung, gandum yang merupakan komoditas impor masih cukup besar. Bahan makanan seperti mie, roti dan biskuit begitu diminati oleh masyarakat Indonesia.

Dengan banyaknya jenis sumber pangan lokal, seharusnya Indonesia mampu menjadi negara yang berdaulat atas pangan.Teknologi juga sudah semakin maju dan berkembang.

Untuk itu Pemerintah akan terus mendorong masyarakat agar pengembangan bahan pangan lokal diintensifkan. “Sehingga sumber pangan lokal ini dapat dioptimalkan dan bangsa ini bisa mewujudkan kedaulatan atas pangan,” tegasnya.

Agung juga berpesan kepada para kepala daerah di Jawa Tengah untuk tidak hanya memenuhi kuantitas pangan. Namun masalah kualitas pangan juga harus diperhatikan.

“Kecukupan pangan saja tidak cukup, pemerintah harus memastikan bahwa keterpenuhan gizi juga terjamin demi Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia ke depan yang lebih unggul,” tandasnya.

Gubernur Jawa Tengah juga meminta masyarakat untuk mengurangi konsumsi makanan berbahan dasar gandum. Sebab, gandum merupakan bahan makanan yang diperoleh dari impor.

Menurut Ganjar, banyak bahan makanan lokal Indonesia yang dapat dikonsumsi sebagai pengganti makanan berbahan dasar gandum. Seperti dari umbi- umbian semacam ketela, jagung, gembili, talas, ganyong dan masih banyak lagi.

Bahan makanan ini sebenarnya bisa diolah menjadi tepung sebagai bahan substitusi gandum, “Namun sampai sekarang potensi ini belum bisa tergarap dengan baik” katanya.

Paling tidak ucap Ganjar, saat ini sudah dimulai pengoplosan tepung dari umbi-umbian Indonesia ini dengan gandum. Karena banyaknya jenis umbi- umbian yang ada di Indonesia,

Ia pun optimistis ketergantungan masyarakat terhadap gandum akan dapat dikurangi. Sehingga, ketergantungan akan gandum tidak sebesar sekarang dan konsep ketahanan pangan Indonesia dapat terwujud.

“Kendati untuk mewujudkan hal ini membutuhkan waktu yang tidak sedikit, namun harus tetap dimulai sejak saat ini,” lanjutnya.

Hal lain yang menjadi pekerjaan rumah, masih jelas Ganjar, adalah anak- anak dan  generasi penerus masih banyak yang tidak tahu potensi berbagai bahan pangan local tersebut.

“Untuk mewujudkan kedaulatan pangan dari pangan lokal, memang harus menanamkan kesadaran dan pengetahuan tentang potensi makanan lokal kepada mereka,” tegasnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement