Senin 29 Oct 2018 19:56 WIB

ADB Pantau Proses Pemulihan Dampak Gempa di Mataram

"Mataram memprioritaskan anggaran tahun 2019 untuk perbaikan," ujar Walikota Mataram

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Wali Kota Mataram Ahyar Abduh secara resmi memulai pembangunan rumah instan sederhana sehat (Risha) dan rumah instan konvensional (Riko) di Lingkungan Pengempel Indah, Kelurahan Bertais, Kecamatan Sandubaya, Mataram, NTB, Rabu (3/10).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi
Wali Kota Mataram Ahyar Abduh secara resmi memulai pembangunan rumah instan sederhana sehat (Risha) dan rumah instan konvensional (Riko) di Lingkungan Pengempel Indah, Kelurahan Bertais, Kecamatan Sandubaya, Mataram, NTB, Rabu (3/10).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Wali Kota Mataram Ahyar Abduh bertemu perwakilan dari Country Director Indonesia Resident Mission, Asian Development Bank (ADB) Winfried F. Wicklein dan Director Urban Development and Water Division Southeast Asia Department, ADB, Vijay Padmanabhan, di ruang kerja Wali Kota Mataram, Senin (29/10).

Kepada perwakilan ADB, Ahyar menyampaikan pelaksanaan kegiatan rekonstruksi dan rehabilitasi yang telah dan sedang dilakukan di Kota Mataram pascabencana. Ahyar menjelaskan, Kota Mataram merupakan satu dari tujuh kabupaten/kota di NTB yang terdampak bencana gempa dan mengalami kerusakan yang cukup masif pada fasilitas-fasilitas publik, fasilitas pemerintahan, kesehatan, pendidikan, pasar-pasar, dan rumah-rumah warga.

"Untuk membangun kembali, Mataram telah memprioritaskan anggaran tahun 2019 untuk perbaikan fasilitas-fasilitas milik pemerintah, yang sebagian lainnya masih berharap pada dana sharing dari pusat," ujar Ahyar.

Sedangkan untuk membangun kembali rumah-rumah warga yang mengalami kerusakan berat dan perbaikan rumah-rumah yang mengalami kerusakan sedang dan ringan, kata dia, ditanggung sepenuhnya pemerintah pusat.

Ahyar melanjutkan, kegiatan rekonstruksi dan rehabilitasi mengalami sejumlah kendala yang menyebabkan lambatnya penanganan, khususnya untuk pembangunan rumah-rumah instan sederhana sehat (Risha) dan rumah instan konvensional (Riko). Hal tersebut dikarenakan kurangnya aplikator yang bersedia masuk dan menangani pembangunan rumah-rumah instan bagi warga terdampak bencana.

"Dari 2.396 unit rumah yang mengalami kerusakan berat, sampai saat ini baru terbangun kurang dari 20 unit Risha. Sedangkan untuk Riko belum ada perkembangan berarti," lanjutnya.

Ahyar berharap ke depan akan ada aplikator-aplikator lain yang bersedia masuk dan menangani pembangunan Risha dan Riko sehingga warga lebih cepat untuk kembali menempati rumah yang layak. Untuk sementara, Pemkot Mataram menyediakan rumah-rumah singgah bagi warga yang rumahnya hancur, untuk mengantisipasi masuknya musim penghujan.

Ahyar menilai, peristiwa bencana menjadi momentum membangun kesadaran pentingnya mitigasi bencana dan perlunya konstruksi yang memenuhi kaidah tahan gempa. Ahyar mempersilakan perwakilan ADB melihat secara langsung kondisi di lapangan sehingga dapat memutuskan bentuk dukungan yang akan diberikan untuk Kota Mataram

"Mudah-mudahan nanti ada program pusat yang dilaksanakan dengan ADB yang dapat membantu warga terdampak gempa di Kota Mataram," katanya menambahkan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement