REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Laju inflasi di Kota Purwokerto dan sekitarnya pada Bulan Oktober 2018 ini, diperkirakan akan mengalami kenaikan. Namun Kepala Bank Indonesia Perwakilan Purwokerto Agus Chusaini memperkirakan, kenaikan inflasi tersebut tidak terlalu besar. ''Saya kira masih pada angka yang wajar. Tidak terjadi lonjakan,'' jelasnya di Purwokerto, Rabu (31/10).
Dia menyebutkan, kenaikan laju inflasi ini didorong oleh kenaikan harga beberapa kebutuhan masyarakat antara lain harga bahan bangunan, beberapa jenis kebutuhan pangan seperti cabai dan beras, dan juga peningkatan kebutuhan sekolah.
Namun dia juga menyebutkan, beberapa kebutuhan pokok juga banyak yang mengalami penurunan harga. Antara lain, seperti telur. ''Turunnya harga telur ini memang diluar perkiraan. Awalnya kita menduga harga telur akan naik lagi, tapi ternyata justru turun,'' katanya.
Agus mengaku belum bisa menyebutkan berapa laju inflasi bulan Oktober ini. Namun dia memperkirakan, tidak sampai mendorong laju inflasi hingga 0,5 persen.
Pada September 2018, Kota Purwokerto justru mencatat deflasi sebesar 0,08 persen. Sementara dua kelompok pengeluaran yang memberikan andil dalam pembentukan inflasi, antara lain kelompok kebutuhan bahan makanan sebesar 1,24 persen serta kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,11 persen
Sementara mengenai peredaran uang di wilayah eks Karesidenan Banyumas pada masa kampanye pemilu 2019 ini, Agus menyebutkan, sejauh belum tercatat adanya peningkatan peredaran uang lebih tinggi dari biasanya. ''Semuanya masih normal. Belum ada peningkatan peredaran uang,'' katanya.
Meski demikian dia menyebutkan, pihaknya selalu menyiapkan ketersediaan uang sesuai kebutuhan masyarakat. ''Bahkan kalau memang terjadi peningkatan, tidak ada masalah karena kita selalu menyediakan saldo di atas kebutuhan normal,'' jelasnya.