Sabtu 03 Nov 2018 05:40 WIB

Ustaz Somad Ajak Umat Ubah Cara Pandang Hidup Miskin

Umat Islam harus memiliki semangat untuk berwirausaha.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Teguh Firmansyah
Jamaah memadati gedung dan halaman Masjid Andalusia di Sentul, Bogor, Jumat (2/11). Selepas shalat Jumat, Ustaz Abdul Somad memberikan tausiyah dalam acara tabligh akbar bertemakan Menuju Indonesia Baru Dengan Kekuatan Ekonomi Ummat.
Foto: Republika/Kiki Sakinah
Jamaah memadati gedung dan halaman Masjid Andalusia di Sentul, Bogor, Jumat (2/11). Selepas shalat Jumat, Ustaz Abdul Somad memberikan tausiyah dalam acara tabligh akbar bertemakan Menuju Indonesia Baru Dengan Kekuatan Ekonomi Ummat.

REPUBLIKA.CO.ID, SENTUL -- Ustaz Abdul Somad mendapat kesempatan untuk menyampaikan tausiyah di Masjid Andalusia Sentul, Bogor, Jumat (2/11). Pada tabligh akbar kali ini, ceramah mengangkat tema "Menuju Indonesia Baru Dengan Kekuatan Ekonomi Ummat."

Dalam tausiyahnya, Ustaz Somad mengatakan, Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT untuk meluruskan pemahaman. Karena pemahaman yang benar akan menghasilkan perbuatan yang benar.

UAS, sapaan akrabnya, pun mengajak umat Islam untuk mengubah cara pandang tentang 'miskin'. Ia  menjelaskan, kata 'miskin' dalam bahasa Arab diambil dari kata 'sakana' atau sakinah, yang artinya tenang atau diam.

Umumnya, masyarakat berpikir lebih baik hidup miskin. Padahal, menurutnya, Islam mengajarkan umat untuk banyak bersedekah. Dengan demikian, orang yang banyak bersedekah itulah orang yang mampu dan mempunyai harta.

"Kita harus mengubah mindset tentang miskin. Karena Nabi Muhammad SAW juga orang yang kaya. Nabi memberikan mahar dengan 20 ekor unta saat menikahi Siti Khadijah, itu setara dengan lebih dari Rp 1 Milyar," kata Ustaz Somad saat memberikan tausiyah di hadapan jamaah di Masjid Andalusia Sentul, Jumat (2/11).

Baca juga, Ustaz Somad: Kita Bukan Perang Lawan Israel, Cuman Ceramah.

Dalam sejarah, sejumlah sahabat Nabi SAW juga merupakan orang yang kaya. Salah satunya adalah Abdurrahman bin Auf. Ketika pindah dari Makkah ke Madinah, Abdurrahman bertemu dengan Sa'ad bin Rabi Al-Anshari. Sa'ad termasuk orang kaya di antara penduduk Madinah.

Saat itu, Rasulullah mempersaudarakan antara orang-orang Muhajirin dan Ansor. Rasul berkata,  "Orang Muhajirin adalah saudara yang diikat dengan Ukhuwah Islamiyah. Sa'ad lantas bergegas menawarkan hartanya kepada Abdurrahman, karena ia berniat membantu saudaranya. Namun, Abdurrahman menolak dan meminta ditunjukkan di mana pasar kota Madinah."

Sa'ad kemudian menunjukkan padanya di mana letak pasar. Maka, mulailah Abdurrahman berniaga di sana. Belum lama menjalankan bisnisnya, Abdurrahman sudah mampu mengumpulkan uang yang cukup untuk mahar nikah. Ia pun mendatangi Rasulullah seraya berkata, "Saya ingin menikah, ya Rasulullah," katanya. "Apa mahar yang akan kau berikan pada istrimu?" tanya Rasul SAW. "Emas seberat biji kurma," jawabnya. Rasulullah bersabda, "Laksanakanlah walimah (kenduri), walau hanya dengan menyembelih seekor kambing. Semoga Allah memberkati pernikahanmu dan hartamu."

Bahkan dengan hartanya, Abdurrahman banyak membantu perjuangan umat Islam kala itu. Ia tidak lantas terobsesi dengan dunia. "Jangan jadikan dunia obsesi kami, dan jangan sampai dunia jadi harga bagi ilmu kami."

Dari kisah Abdurrahman bin Auf ini, Ustaz Somad mengatakan bahwa sahabat Nabi tersebut tidak berpikir untuk ingin meminta-minta. Bahkan, Abdurrahman justru berupaya dengan berniaga dan memperoleh kesuksesan dari usahanya.

Selanjutnya, Nabi SAW menganjurkan agar pernikahan tidak dilakukan secara diam-diam dan justru sebaiknya diadakan walimah agar tidak terjadi fitnah. "Saat meninggal, harta Abdurrahman bin Auf bahkan mencapai Rp 4 triliun," lanjut Ustaz Somad.

Nabi SAW mengajarkan umatnya, bahwa amal itu terbagi dua, yaitu amal badan dan harta. Ustaz Somad mengatakan, amal badan dilakukan dengan cara beribadah seperti shalat, puasa, dzikir, dan lainnya. Sedangkan amal yang tidak akan putus meskipun orang tersebut telah meninggal dunia adalah amal harta, seperti sedekah jariyah.

"Sedangkan yang bisa sodaqoh itu siapa? adalah orang kaya," lanjut UAS. 

Dalam hal ini, Ustaz Somad mendorong untuk membangkitkan ekonomi umat. Ia mengatakan, umat Islam harus memiliki semangat untuk berwirausaha, kemudian senantiasa berdo'a dan bertawakkal kepada Allah.

Selanjutnya dalam hal jual beli, Ustaz mengatakan, membeli seyogyanya dengan niat ibadah dan bukan sekedar membeli. Misalnya, membeli barang jualan dari orang-orang yang juga memiliki ikatan agama dan mendatangkan keberkahan bagi yang lainnya.

"Maka bangkitkan ekonomi umat, agar politik umat tidak bisa dibeli," ujarnya. 

Selain itu, Ustaz Somad menekankan agar menghindari riba. "Hai orang-orang yang beriman, takutlah kalian pada Allah dan tinggalkanlah riba," (QS. Al-Baqarah: 278).

Ustaz Somad menceritakan bahwa dirinya pernah diundang di bank konvensional yang telah berubah menjadi bank syariah di Malaysia. Ia mengatakan dirinya heran mengapa bank syariah bisa sukses di Negeri Jiran dengan penduduk Muslim yang tidak sebesar di Indonesia.

"Karena itu, umat Islam perlu mengkaji fiqih mudarabah atau ekonomi umat yang mengatur hal-hal seperti muamalah dan riba," lanjutnya. (Kiki Sakinah)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement