REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Calon wakil presiden nomor urut satu, KH Ma’ruf Amin menegaskan, dirinya siap untuk menjadi alat guna membangun bangsa dan negara. Pernyataan dikeluarkan menyusul anggapan Jokowi sengaja memilih Kiai Ma'ruf sebagai pendamping mengingat posisi dan usia dirinya agar bisa diperalat.
"Dulu ada anggapan ulama jangan hanya jadi pemadam kebakaran atau mendorong mobil mogok, setelah api pada dan mobilnya jalan ditinggal marah ulama. Sekarang diajak, diajak katanya menjadi alat saja. Masa iya Pak Jokowi serendah itu," kata Kiai Ma’ruf saat menghadiri acara Mudzakaroh Alim Ulama se-Indonesia di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta pada Ahad (4/11).
Karena itu, Kiai Ma’ruf kembali meminta peserta pemilu untuk menghindari fitnah dalam berkampanye. "Gini, jangan ada maki-makian, jangan pakai fitnah. Katanya kan banyak yang suka maki-maki, itu jangan, jangan menggunakan cara-cara itu, yang santun," jelas Ma'ruf Amin.
Kiai Ma’ruf mengajak peserta pemilu untuk berkampanye dengan tidak melakukan intimidasi atau paksaan kepada pihak lain. Dia mengatakan, kampanye lebih baik dilakukan dengan tidak saling menjelekkan atau mengolok-olok namun dilakukan dengna menyampaikan program-program yang akan diberkan kepada rakyat.
"Dan disampaikan dengan cara santun, tidak keras-keras, tidak galak serta mengajak orang dengan tanpa paksaan dan intimidasi," katanya.
Dalam kesempatan itu juga, Kiai Ma'ruf menambahkan bahwa pihaknya mempunyai komitmen untuk melanjutkan pembangunan ekonomi keumatan yang berkeadilan di Tanah Air.
"Tentu melalui kemitraan, distribusi aset, bagaimana produk-produk masyarakat itu diberi nilai tambah ke depan, memperbesar peran ekonomi kreatif," tambah dia.
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) nonaktif ini mendorong masyarakat supaya memaksimalkan kompetensi diri dan juga diberikan semangat untuk berkompetisi.
Sementara, terkait acara Mudzakaroh Alim Ulama se-Indonesia itu, dihasilkan kesepakatan mendukung pencalonan Joko Widodo dan KH Ma’ruf Amin dalam Pilpres 2019. Keputusan ini terangkum dalam Muzakarah Alim Ulama se-Indonesia yang digelar Arus Baru Indonesia (ARBI) pada 3 hingga 4 November 2018.
Pimpinan Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya, KH Bunyamin Ruhiat, salah satu perwakilan ulama mengatakan, Muzakarah Alim Ulama se-Indonesia sudah mengerucut dan menghasilkan tiga keputusan.
“Yang pertama, kami bersepakat jika memilih pemimpin itu hukumnya wajib untuk menjaga agama serta memelihara bangsa dan negara,” kata Kiai Bunyamin. Alhasil, masyarakat yang telah memiliki hak pilih diminta untuk memilih calon pemimpin saat Pemilihan Presiden 2019, April mendatang.
Kedua, hasil muzakarah juga menyepakati tentang kriteria pemimpin. Yakni, jelas Kiai Bunyamin, harus beriman, bertakwa, jujur, amanah, berkompetensi, arif dan santun, tablig, serta berkomitmen terhadap bangsa dan umat.
Ketiga, ungkap Kiai Bunyamin, berdasarkan sejumlah kritera tadi, alim ulama se-Indonesia memutuskan untuk mendukung calon presiden dan wakil presiden nomor urut 1 Joko Widodo dan KH Ma’ruf Amin.
Terkait hal itu, Kiai Ma’ruf bersyukur mendapatkan dukungan alim ulama se-Indonesia. Kiai Ma’ruf juga mengatakan hazil muzakarah bisa menjadi panduan masyarakat dalam memilih pemimpin, mengingat ada beberapa kriteria yang dibuat.