REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini lebih dari 20 ribu Muslim hidup di Brisbane. Sebagian besar dari mereka tinggal di sisi selatan.
Jasmina seorang imigran Bosnia tidak bisa berbahasa Inggris. Dia tiba di Australia pada 1999.Tanpa persiapan bahasa Inggris, dia mampu menyelesaikan sekolah menengahnya selama 18 bulan.
Kini dia mendapatkan gelar kehormatan dari Jerman di bidang linguistik, sosiologi, dan kriminologi. Jasmina bekerja dengan komunitas multikultural, dikenal baik dan ringan tangan untuk membantu orang. Dia selalu berharap orang lain dapat memiliki kehidupan yang lebih baik pada masa depan.
Banyak yang tidak menyangka dia meru pakan seorang Muslim. Bahkan, banyak orang menyebut penampilannya tidak seperti kebanyakan Muslim. Memang ba nyak orang masih mengira bahwa Mus lim selalu identik dengan nama Arab, wajah yang berasal dari Timur Tengah, dan bagi wanita selalu mengenakan hijab hingga niqab.
Baca: Umat Islam di Brisbane Bangkit dengan Kekuatan Dakwah
"Saya pernah bertanya pada mereka yang mempertanyakan penampilan saya yang tidak bercirikan Muslim, tapi tak masalah. Ini merupakan momentum bagi saya menjelaskan dinamika dan kekhasan Islam di berbagai tempat yang beragam," katanya.
Berbeda dengan pengalaman Haji Rane. Dia lahir di Brisbane 1916. Kakeknya merupakan tokoh yang membantu berdirinya masjid pertama di Brisbane pada 1908. Antara 1950 hingga 1960 Rane aktif men diri kan Komunitas Masyarakat Islam Holland Park, West End, dan Lutwyche. Tahun 1968 dia menjadi Imam pertama di Brisbane yang terdaftar secara resmi di pemerintah.
Lebih dari 40 tahun Rane melayani komunitas Muslim tanpa bayaran sebagai imam dan hanya bekerja untuk kegiatan sosial. Dia terus berusaha untuk mendukung perkembangan komunitas Muslim di Brisbane.
Dia juga aktif melakukan kunjungan bagi anggota komunitasnya ketika berada di rumah sakit ataupun memim pin acara akad nikah dan pe makam an Islam. Rane mendukung ke luar ganya untuk aktif bekerja di masyarakat dengan berbagai profesi.
Beberapa anggota keluarganya ada yang bekerja sebagai petani, penjual buah, susu, dan satpam di Bank New South Wales. Pada 1994 dia menerima sebuah penghargaan Ethnic Com mu nity Award atas usahanya untuk Mus lim.
"Ini merupakan hadiah terbesar dari Allah menjadikan saya Muslim," ujar dia dalam multicuturalaustralia.edu.au.
Galila seorang wanita Muslim yang menetap di Australia. Pada 1980 dia sulit mendapatkan pekerjaan meski telah menyabet gelar insinyur. Kini dia menjadi sukarelawan di sebuah komunitas Muslim. Dia berharap dapat mendirikan organisasi kesejahteraan yang dikelola oleh wanita Muslim.
Secara bertahap Galila mendirikan Asosiasi Wanita Islam di Queensland.Dia bekerja secara sukarela selama 10 tahun hingga mampu membayar staf dan memiliki banyak anggota.
Kini dia diakui sebagai relawan di bidang multikultural Queensland.Galila telah menikah dan memiliki tiga anak. Bagi dia, agama merupakan pilih an pribadi setiap orang. Sejak dia men jadi Muslim tidak ada yang memaksanya untuk mengenakan pakaian apa pun dan mendalami Islam.
Baginya Islam adalah agama yang damai. Ajarannya menginspirasi setiap insan untuk menghargai sesama, mema hami hakikat alam semesta, dan penciptanya.
Rubana dan Ismail bersama kedua anaknya Ruhee dan Nooree telah tinggal di Brisbane selama 28 tahun. Me reka berasal dari Afrika Selatan dan pernah menetap di Irlandia selama 12 tahun.Rubana merupakan ahli anas tesi, sedangkan suaminya merupakan akuntan.Meskipun waktu mereka pa dat karena tuntutan pekerjaan, kedua nya masih meluangkan waktunya untuk ikut serta dalam komunitas Masjid Kuraby.
Rubana aktif dalam komite manajemen Asosiasi Wanita Islam, sedangkan suaminya terlibat dalam forum antaragama. Keluarga ini memiliki gaya hidup yang modern. Setiap ang gota keluarganya secara bergantian me ngerja kan pekerjaan rumah seperti memasak. Bahkan, Rubana merupakan sosok yang sangat dihormati oleh suaminya.