REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertamina EP berencana untuk bisa meningkatkan produksi hingga sembilan ribu barel pada tahun depan. Untuk bisa merealisasikan rencana ini Pertamina EP akan memakai dua teknologi.
Direktur Utama Pertamina EP, Nanang Abdu Manaf menjelaskan dua teknologi tersebut adalah EOR dan CO2 Flooding. Teknologi EOR itu sendiri merupakan teknologi pengurasan minyak dengan cara kimiawi. Sedangkan CO2 Flooding digunakan pada lapangan lapangan yang memang memiliki produksi minyak berat karena kandungan CO2-nya yang tinggi.
Nantinya, dengan dua teknologi ini, Nanang berharap produksi Pertamina EP bisa lebih baik. Teknologi ini digunakan karena kata Nanang, teknologi ini yang paling tepat digunakan bagi lapangan lapangan tua yang saat ini dikelola oleh Pertamina EP.
"Harapannya ini bisa diimplemntasikan. dan sesuai skenario. Jadi ini bisa menjadi peningaktn produksi untuk PEP," ujar Nanang di The Club, Rabu (7/11).
Nanang menjelaskan dari 300 lapangan yang dikelola oleh Pertamina EP 90 persennya merupakan lapangan minyak dan gas yang usia nya sudah diatas 40 tahun. Meski masih bisa diproduksi, namun penurunan produksi (decline) tidak bisa dipungkiri. Hal ini, kata Nanang, menjadi tantangan bagi Pertamina EP agar bisa menjaga produksi agar decline yang terjadi tidak terlalu besar.
Namun berapa biaya yang perlu dikeluarkan oleh Pertamina EP, Nanang masih enggan menjelaskan. Ia hanya mengatakan, dengan membangun fasilitas teknologi ini Pertamina EP memang membutuhkan dana yang tidak sedikit.
"Baru pilot, ya. Tapi kalau udah fullscale baru deh kita bangun fasilitas. Jadi kan itu kan korosif, ya. Jadi kita butuh material itu. Invest sih kayaknya tinggi, tapi kan balik lagi ke ekonomian. Kalau dia produksi bisa tinggi, kan bisa nutup," ujar Nanang.