REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berita mengenai penangkapan dan penahanan Habib Rizieq Shihab oleh kepolisian Arab Saudi memunculkan beberapa tanggapan dari sejumlah pihak. Salah satunya, tanggapan mengenai kejanggalan atas penangkapan itu yang diungkapkan oleh Sekretaris Umum DPP Front Pembela Islam (FPI) Munarman.
Menurutnya, ada operasi intelijen untuk menjebak Habib Rizieq di kediamannya di Makkah, Arab Saudi. Munarman menjelaskan, pada waktu Shubuh, Selasa (6/11), ada orang yang mendatangi kediaman Habib Rizieq untuk memasang bendera secara diam-diam di tembok luar belakang rumah beliau. Lalu saat matahari terbit, pelaku memfotonya.
"Kemudian setelah memfoto, mereka membuat laporan ke polisi patroli bahwa rumah Habib Rizieq diduga sebagai "Sarang ISIS" dengan menunjukkan foto yang mereka buat," kata dia dalam keterangan tertulis, Kamis (8/11).
Dalam waktu singkat, pihak keamanan Saudi dari berbagai kesatuan sebanyak empat jeep dan sebuah sedan, sekitar jam 8 pagi, mengepung kediaman Habib Rizieq. Dan mencabut bendera yang ditempel dengan double stip di dinding, kemudian melipatnya dengan rapih, diamankan dalam mobil patroli.
"Mereka lalu memanggil warga Saudi pemilik rumah dan meminta untuk mengontak Habib Rizieq agar keluar dari rumah," kata dia.
Habib Rizieq, lanjut Munarman, saat itu sudah dua hari terkena flu berat dan demam tinggi usai shalat Shubuh dan sarapan pagi bersama keluarga, lalu meminum obat dan tidur kembali karena kondisinya. Tak lama kemudian, Rizieq dibangunkan putri dan istrinya yang terkejut melihat ada banyak aparat keamanan Saudi di luar rumah.
"Habib Rizieq segera bangun dalam kondisi masih demam dan langsung turun menemui mereka. Beliau pesankan kepada keluarga untuk kunci pintu rumah dengan rapat dan jangan ada yang keluar rumah apa pun alasannya," kata dia.
Saat terjadi perbincangan antara Habib Rizieq dengan aparat keamanan Saudi, papar Munarman, saat itulah dari arah gedung sebelah kanan rumah, ada orang yang membidik dengan kamera super canggih dari jarak sekitar 40 sampai 50 meter.
"Ini diketahui dari sudut pengambilan foto berdasarkan informasi dari orang yang menjaga rumah Habib Rizieq selama ini," ucap dia.
Anehnya, tambah Munarman, belum ada satu jam Habib Rizieq dibawa oleh kepolisan Saudi, salah seorang asisten pribadi Habib Rizieq di Makkah mendapat kontak dari salah seorang pegawai Kedutaan Besar Republik Indonesia di Riyadh, Arab Saudi. Pegawai ini menanyakan tentang kondisi Habib Rizieq.
"Dan dijawab oleh asisten beliau bahwa beliau baik tanpa menceritakan apa yang sedang terjadi. Saat itu berita kejadian tersebut belum ada yang mengekspose sama sekali, tapi sudah ada kontak dari KBRI di Riyadh. Apa itu sebuah kebetulan?," tukasnya.
Baru beberapa jam kemudian, foto diviralkan oleh pelaku di group-group aplikasi pesan elektronik disertai narasi bahwa Habib Rizieq memasang Bendera ISIS dan berbagai informasi menyesatkan lainnya.
Munarman mengatakan, sebetulnya kamera CCTV ada dan telah dipasang di kediaman Habib Rizieq untuk mengawasi keadaan di sekitar rumah. Tetapi kamera CCTV tersebut telah dicuri orang beberapa saat sebelum kejadian.
"Dan hari ini akhirnya terjawab tujuan pencurian kamera CCTV tersebut, yaitu supaya tidak diketahui siapa orang-orang yang menyatroni rumah Habib Rizieq secara diam-diam lalu melakukan penjebakan," ucapnya.
Saat ini, ucap Munarman, Habib Rizieq sudah dibebaskan. "Kuat dugaan penjebakan dan intimidasi ini bertujuan untuk menghalangi Reuni Akbar 212 yang akan digelar tiga pekan mendatang," katanya.
Baca juga: Kumandang Azan Menyentuh Relung Hati Sarah Price
Baca juga: Roger Danuarta Kini Jadi Muslim
Sejumlah tokoh politik yang mengunjungi Habib Rizieq di Makkah.
Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) membenarkan kabar Habib Rizieq Shihab yang sempat diperiksa oleh otoritas kepolisian Arab Saudi. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir menjelaskan kronologi diterimanya informasi penahanan Habib Rizieq hingga pelepasannya oleh polisi.
Pada Senin (5/11), Kemenlu menerima pengaduan dari sejumlah pihak mengenai penahanan seorang WNI atas nama Muhammad Rizieq Shihab (MRS) oleh aparat keamanan Arab Saudi di Makkah. Untuk mengklarifikasi kebenaran informasi tersebut, Kemenlu telah meminta Pejabat Fungsi Konsuler KJRI Jeddah untuk melakukan penelusuran.
"Dari hasil penelusuran diperoleh konfirmasi bahwa Rizieq Shihab sedang dimintai keterangan oleh aparat keamanan Arab Saudi di Makkah," Nasir melalui keterangan tertulisnya, Rabu (7/11).
Menurut Nasir, Habib Rizieq diperiksa karena ada laporan warga negara Saudi yang melihat bendera yang diduga mirip dengan bendera ISIS terpasang di rumah Habib Rizieq Shihab di Makkah. Oleh karena itu, Kemenlu pun segera menindaklanjuti laporan tersebut dengan memberikan pendampingan kepada Habib Rizieq Shihab.
"Pejabat Fungsi Kekonsuleran KJRI Jeddah telah memberikan pendampingan kekonsuleran kepada Rizieq Shihab sebagaimana yang diberikan kepada semua WNI yang menghadapi masalah hukum di luar negeri," ungkapnya.
Namun Kemenlu juga mengkonfirmasi bahwa saat ini Rizieq Shihab telah dibebaskan kembali. "Informasi terakhir yang diterima Rizieq Shihab telah dizinkan oleh otoritas keamanan Saudi untuk kembali ke rumahnya di Makkah pada sekitar 20.00 tadi malam (waktu setempat)," ujar Nasir.
Bantahan pemerintah
Sementara itu, Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko membantah tudingan adanya campur tangan intelijen dalam pemasangan bendera hitam di rumah pimpinan FPI Rizieq Shihab di Arab Saudi. Moeldoko pun menegaskan, intelijen tak akan bertindak sembarangan di negara lain.
Karena itu, ia meminta agar pihak lain tak mengada-ada dengan menuding adanya keterlibatan intelijen dalam kasus Rizieq di Arab Saudi.
"Saya kira ga sejauh itu, di negara orang kok sembarangan. Intelijen kok jelek banget gitu lho. Jadi menurut saya jangan mengada-ada lah," ujar Moeldoko di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Kamis (8/11).
Moeldoko berpendapat seharusnya permasalahan yang menimpa Rizieq tak selalu dikaitkan dengan pemerintah dan juga intelijen. Selain itu, ia juga meminta agar Rizieq melakukan instropeksi diri sebelum menuding pihak lain terlibat dalam kasusnya.
"Persoalannya adalah, kalau saya nih, sebagai seseorang kan bertanya dulu: yang ga senang sama gue siapa sih. Banyak juga. Gitu. Bukan hanya intelijen. Dikit-dikit intelijen, dikit-dikit pemerintah. Bisa saja orang lain," jelasnya.
Baca juga: Pengacara Luruskan Isu Rizieq Shihab Ditahan Polisi Saudi
Baca juga: Semangat Bocah Sukabumi, Berangkat Sekolah dengan Merangkak