Sabtu 10 Nov 2018 19:20 WIB

KBI Gelar Pelatihan di Lampung

Pelatihan diharapkan meneguhkan komitmen pentingnya persatuan.

Prlatihan KBi di Lampung
Foto: istimewa
Prlatihan KBi di Lampung

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Komunitas Bela Indonesia (KBI) kembali mengelar pelatihan Juru Bicara Pancasila di Lampung. Bekerja sama dengan Lentera Hukum, Metro Lampung, pelatihan ini diikuti oleh tokoh lintas agama, mahasiswa, guru, dosen, aktivis LSM, aktivis media sosial (medsos), jurnalis, dan sejumlah komunitas lain di Lampung. 

M Nasrudin, panitia pelatihan KBI dan juga pembina Lentera Hukum mengatakan, Lampung merupakan salah satu daerah dengan beragam etnik dan agama. Keberagaman ini juga menjadi masalah sendiri, sebab di Lampung rawan terjadi konflik.

"Di Lampung perlu sebuah gerakan untuk menguatkan kembali persatuan dan perdamaian di atas keberagaman. Itulah pentingnya Pelatihan Juru Bicara Pancasila ini,” kata Nasrudin dalam siaran, Sabtu (10/11).

Pelatihan Juru Bicara Pancasila yang digelar di Sparks Convention, Lampung Tengah dari 9–12 November 2018 ini juga akan diisi materi terkait isu kebangsaan dengan titik tekan masalah terorisme.

Nasrudin menambahkan, pelatihan ini diharapkan bisa menumbuhkan komitmen aktivis di Lampung untuk menjaga Indonesia, khsususnya Lampung sebagai rumah bersama. “Hasil pelatihan ini diharapkan tumbuh komitmen persaudaraan dan persatuan peserta untuk menjaga persatuan sebagai salah satu nilai dalam Pancasila,” tambahnya. 

Sementara itu, Yusep MS, perwakilan KBI Jakarta menyatakan, dilaksanakannya pelatihan Juru Bicara Pancasila ini dipicu oleh adanya tren penurunan dukungan masyarakat pada Pancasila sebagai perekat kebangsaan Indonesia. Yusep menambahkan, tahun 2004 dan 2005 adalah awal medsos diperkenalkan. Pada tahun itu pula, berbagai ide dan gerakan bertarung di medsos, termasuk ideologi di luar Pancasila. 

Saat terjadi pertarungan ide di medsos tersebut, kata Yusep, kelompok yang dinyatakan silent majority cenderung diam di tengah arus pertarungan ide dan gagasan tersebut.

“Kita bisa jujur, bila kini, media sosial tidak hanya diwarnai oleh konten-konten positif, tapi juga konten yang memecah belah bangsa, seperti peredaran hoaks dan ujaran kebencian atas nama apapun,” tambahnya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement