REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Pendidikan Islam, Jejen Musfah menilai sangat penting mengetahui pemahaman keagamaan para guru agama yang beragam tersebut. Sehingga sangat penting untuk memiliki standar perekrutan guru agama.
Jadi, kata dia, pemerintah dan swasta diharapkan punya standar untuk merekrut guru-guru agama. Untuk alat ukur standar guru agama bisa menggunakan sarana wawancara dan kuesioner tertulis.
"Banyak sekali guru-guru yang punya pandangan yang intoleransi, Islam satu wajah, tidak mendukung NKRI, (mereka) bisa masuk ke pesantren, madrasah dan sekolah karen tidak terdeteksi apakah dia punya pandangan keislaman yang sempit," kata Jejen kepada Republika.co.id, Senin (12/11).
Dia juga mengingatkan bahayanya guru agama jika mengajarkan Islam yang tidak utuh. Guru agama yang memandang Islam dengan parsial hanya mengambil ayat-ayat dan hadis tertentu yang mendukung pendapatnya. Jadi guru agama tersebut melihat Islam tidak secara utuh.
Guru agama yang melihat Islam tidak secara utuh, menurut dia, menyebabkan siswa-siswa tidak punya tradisi kritis. Siswa jadi tidak bisa memandang setiap pendapat dengan kritis. Artinya sebuah pendapat tidak bisa dipandang bisa benar dan bisa salah oleh siswa.
"Oleh karena itu perlu dikembangkan budaya kritis, dari buaya kritis akan muncul sifat ilmiah, pemahaman (menganggap pandangan dirinya saja yang benar) semacam itu mematikan tradisi ilmiah, siswa jadi mudah menerima sebuah paham tanpa cross check ke sumber utama Alquran dan hadis," ujarnya.
Jejen juga berpandangan untuk memperkuat wawasan guru-guru agama tentang Islam moderat salah satunya melalui buku Islam moderat. Kementerian Agam perlu menerbitkan buku Islam moderat rahmatan lil alamin. Juga perlu mensosialisasikan buku Islam moderat tersebut ke pesantren, madrasah dan sekolah. Selain itu, perlu digelar seminar dan pelatihan untuk guru-guru agama.
Digelar seminar, dikatakan dia, supaya guru-guru agama tahu bahwa mereka tidak tepat mengajarkan Islam yang intoleran kepada siswa. Guru agama tidak tepat mengajarkan Islam satu wajah dan tidak ramah. Sebab hal itu bertentangan dengan falsafah Pancasila dan bertentangan dengan substansi Islam.