Rabu 21 Nov 2018 14:44 WIB

Kemelut Penerus Takhta Raja Saudi Usai Pembunuhan Khashoggi

Pangeran Ahmed diyakini akan dapat dukungan penuh dari anggota keluarga kerajaan.

Ilustrasi Muhammad bin Salman
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Muhammad bin Salman

REPUBLIKA.CO.ID,

Oleh Lintar Satria

RIYADH -- Puluhan pangeran dan sepupu dalam keluarga al-Saud yang berkuasa di Arab Saudi tak menginginkan Putra Mahkota Pangeran Muhammad bin Salman (MBS) naik takhta. Hal itu dipicu kasus pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi yang menjadi sorotan dunia internasional.

Sedangkan, tiga sumber kerajaan yang dikutip Reuters, Selasa (20/11), sosok favorit untuk meneruskan takhta jika Raja Salman (82 tahun) meninggal dunia adalah Pangeran Ahmed bin Abdulaziz (76 tahun), adik seayah dan seibu dari raja saat ini. Sang pangeran menjadi wakil menteri dalam negeri selama 40 tahun terakhir.

Meski tak menginginkan MBS naik takhta, mereka tak akan bertindak selama Raja Salman masih hidup. Mereka menyadari, sang raja tak mungkin berpaling dari MBS yang merupakan putra kesayangannya.

Salah satu sumber menyebutkan, Pangeran Ahmed diyakini akan mendapatkan dukungan penuh dari anggota keluarga kerajaan, jajaran militer, dan sejumlah negara Barat. Sang pangeran pulang ke Riyadh pada Oktober setelah berada di luar negeri selama 2,5 bulan. Ia sempat mengkritisi kepemimpinan Saudi ketika menanggapi para pengunjuk rasa di luar kediamannya di London, Inggris, yang memprotes dinasti al-Saud.

Pangeran Ahmed dikenal sebagai salah satu dari tiga orang di Allegiance Council atau Dewan Kepatuhan yang menolak MBS menjadi putra mahkota pada 2017 silam. Saat itu, penunjukan MBS sebagai putra mahkota didukung oleh 31 dari 34 anggota Dewan Kepatuhan.

Sampai saat ini, baik Pangeran Ahmed maupun saudara-saudaranya belum berhasil dimintai komentar. Sementara itu, Kerajaan Arab Saudi pun menolak memberikan pernyataan.

Bersambung ke halaman berikutnya

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement