REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Bidang Hubungan Perusahaan Gopay Winny Triswandhani mengatakan sebanyak 50 persen transaksi Gojek tidak memakai uang fisik (cashless). "Jumlahnya tidak sampai 100 persen karena Gojek selalu melakukan ekspansi, dan kita memang masih mengejar itu," kata Winny usai sesi jumpa pers di Jakarta, Senin (26/11).
Ia menjelaskan, Gopay menyediakan dua jenis transaksi, diantaranya online (dalam jaringan) dan offline (di luar jaringan). Layanan Gopay secara online diperuntukkan untuk membayar seluruh transaksi yang ada pada internal Gojek, antara lain Goride (ojek online), Gocar, Gofood (pesan-antar makanan), Goshop (pesan-antar belanja di toko), Gomart, dan Gobills (bayar tagihan).
"Di samping itu, Gopay telah membuka transaksi secara offline sejak April 2018," kata Winny.
Sejak diluncurkan tujuh bulan lalu, Gopay telah melayani pembayaran di minimarket, restoran cepat saji, gerai UMKM, puluhan SPBU di Jakarta, layanan publik, hingga donasi yayasan, serta zakat dan sedekah di masjid atau badan terkait. "Ada sekitar 200 ribu rekan usaha yang menerima pembayaran melalui Gopay, 20 ribu di antaranya UMKM," ucap Winny.
Pada 2017, Bank Indonesia memberi penghargaan untuk Gopay sebagai perusahaan teknologi keuangan (fintech) yang paling aktif mendukung Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT).