REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Seorang tentara Korea Utara (Korut) membelot ke Korea Selatan (Korsel). Ia melarikan diri melintasi perbatasan yang dijaga ketat pada Sabtu pagi (1/12).
Dilansir the Guardian, Sabtu (1/12), tindakan militer Korut ini dilakukan justru pada saat kedua negara sedang melakukan beberapa langkah untuk mengurangi ketegangan militer antar negara. Kepala staf gabungan Korsel, mengatakan tentara Korsel mengawal pembelot itu ke tempat aman setelah menemukan dia menuju Korsel dari sisi timur garis demarkasi.
Insiden itu terjadi ketika presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menegaskan kembali kepada presiden Korsel, Moon Jae-in bahwa ia menginginkan KTT kedua dengan pemimpin Korut, Kim Jong-un. Trump dan Moon, bertemu di sela-sela KTT G20 di Buenos Aires.
Juru bicara Trump Sarah Sanders mengatakan dalam pertemuan itu kedua pemimpin menegaskan kembali komitmen mereka untuk mencapai denuklirisasi Korut sepenuhnya.
Otoritas Korsel mengatakan pihaknya akan mengintrogasi pembelot itu untuk menanyakan rincian pelariannya. Kepala staf gabungan Korsel mengaku tidak melihat aktivitas yang mencurigakan dari pasukan Korut di lokasi pelarian tentara itu.
Media resmi Korut belum melaporkan tentang pembelotan itu. Pyongyang sering menuduh Seoul melakukan penculikan atau mengajak warga Korut untuk membelot. Sekitar 30 ribu warga Korut telah melarikan diri ke Korsel, sebagian besar melakukan perjalanan melalui Cina, sejak akhir perang Korea 1950-53.
Pada November 2017 seorang tentara Korut terluka parah setelah ia melarikan diri ke Korsel. Pada saat pelarian itu ia dihujani peluru oleh militer Korut.
Korsel mengatakan perjanjian militer, yang juga termasuk membuat zona penyangga dan zona larangan terbang di atas perbatasan. Ini merupakan langkah penting dalam membangun kepercayaan yang akan membantu menstabilkan perdamaian dan memajukan rekonsiliasi di antara kedua negara.
Kementerian pertahanan Korsel mengatakan pada Jumat bahwa militer Korea selesai berhasil memindahkan 20 garda depan dan membersihkan ranjau darat dari daerah perbatasan. Mereka berencana untuk memulai pencarian bersama atas jasad sisa-sisa tentara yang tewas selama perang Korea 1950-53.
Baca juga, Lima Ancaman Terbesar Masa Depan Manusia