REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto mengungkapkan kemarahannya kepada para jurnalis dan media dalam acara Peringatan Hari Disabilitas Internasional di Jakarta, Rabu (5/12). Direktur Eksekutif Lembaga Riset Populi Center Usep Saiful Ahyar mengatakan, hal tersebut justru berpotensi merugikan Prabowo sebagai kandidat di Pilpres 2019.
"Hati-hati ini bisa menjadi senjata makan tuan. Kenapa? Sebab Prabowo membuat distrust terhadap media mainstream di tengah masyarakat," ujar Usep di Jakarta, Rabu (6/12) malam.
Usep menjelaskan, ketika terjadi distrust, maka masyarakat yang tergiring opini Prabowo akan beralih kepada media sosial. Padahal, seluruh berita yang disebarkan melalui media sosial tidak memiliki penyaring bahkan lebih liar dan tidak terkontrol. Pada titik tersebut, bukan tidak mungkin akan ada berita-berita yang menyerang Prabowo lalu diamini pengguna media sosial.
Menurut Usep, sikap yang ditunjukkan oleh Prabowo serupa sikap yang ditunjukkan Presiden AS Donald Trump kepada seluruh media mainstream di AS. Trump, kata dia, sengaja memusuhi media massa agar masyarakat tak lagi percaya.
"Seharusnya kalau Pak Prabowo kalau merasa ada yang salah ya dituntut saja. Sudah ada mekanismenya jika mau menuntut media mainstream," katanya.
Baca juga: Prabowo Marah ke Media Massa, Gerindra: Ekspresi Kekecewaan
Bagaimanapun juga, kata dia, Prabowo sebagai kandidat penantang pejawat Joko Widodo membutuhkan peran media untuk mengangkat elektabilitasnya. Sebagai calon presiden, Prabowo juga tidak bisa memaksakan kehendak agar semua pemberitaan media berpihak kepadanya.
Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Dahnil Anzar Simanjuntak menuturkan, kemarahan Prabowo tersebut dalam posisi melakukan kritik terhadap fungsi sejumlah media yang dinilai kehilangan objektivitas. Termasuk, terkait dengan peristiwa Reuni 212 Ahad lalu.
Padahal, kata Dahnil, media memiliki peran penting sebagai pilar demokrasi. Bila perilaku mdia sangat afilitatif dikhawatirkan akan menjadi ancaman serius bagi demokrasi yang ada. Dahnil pun menyebut, sikap Prabowo tersebut bukan sekadar untuk mencari efek elektoral di kalangan pendukungnya, namun lebih kepada peran kualitatif media.
Seperti diketahui, dalam peringatan Hari Disabilitas kemarin, Prabowo juga mengaku tidak lagi percaya dengan media mainstream. Bahkan Prabowo mengaku membaca koran hanya untuk melihat kebohongan demi kebohongan yang dilakukan media cetak setiap harinya.
"Saya katakan, hey jurnalis-jurnalis, kalian tidak berhak sandang predikat sebagai junalis. Saya katakan mulai sekarang jangan lagi hormati mereka karena mereka semua antek," ucapnya.