REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Sinode Gereja Kingmi Benny Giay menyebutkan, ada sekitar 350 orang warga masyarakat di Kabupaten Nduga, Papua, yang saat ini mengungsi ke hutan. Ia meminta kepada Presiden Joko Widodo untuk menghentikan operasi militer di Nduga untuk sementara.
"Kami dari gereja ini ada semacam delapan kelasi. Satu distrik itu dia membawahi delapan jemaat atau komunitas. Itu masing-masing komunitas minimal 30 kartu keluarga. Semua ini lari ke hutan posisinya," ujar Benny melalui sambungan telepon kepada Republika.co.id, Selasa (11/12).
Benny memperkirakan, jumlah warga masyarakat yang mengungsi ke hutan ada sekitar 350 orang. Kondisi di Nduga saat ini, kata Benny, tidak ada jalan yang bisa dilalui oleh warga karena adanya pasukan militer yang beroperasi. Menurut Benny, dengan adanya pasukan militer di sana, warga masyarakat tak bisa kembali ke kediamannya masing-masing. Kegiatan gereja menjelang Hari Natal pun terhambat.
"Ini sangat parah kami tidak tahu apa yang sedang terjadi. Ini tidak ada makanan, daerah ini dingin, daerah es, di lereng gunung. Jadi kami sedang minta Presiden Jokowi, tolong hentikan operasi. Tarik militer supaya kami dan warga jemaat itu bisa beribadah Natal," ujarnya.
Benny menjelaskan, warga masyarakat di Nduga sudah mulai mengungsi sejak Senin (3/12), yakni hari di mana informasi penembakan pekerja PT Istaka Karya mulai muncul. Ia mengatakan, mereka mengungsi karena sejak saat itu dilakukan penyisiran oleh aparat keamanan di wilayah Nduga. "Penyisiran sedang terjadi dan ini membuat masyarakat kami, komunitas gereja kami semua mengungsi," tuturnya.