REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Ketua Umum PSIM Yogyakarta Agung Damar Kusumandaru menyatakan, penyebab ricuhnya suporter saat pertandingan babak 64 Piala Indonesia antara PSIM Yogyakarta melawan PS Tira di Stadion Sultan Agung, Bantul, DIY, Selasa (11/12) kemarin bukan tanpa alasan. Kericuhan tersebut disebabkan karena wasit dinilai berat berat sebelah oleh suporter PSIM.
"Tiba-tiba suporter masuk ke lapangan di menit 80. Suporter menganggap wasit terlalu berat sebelah, akhirnya turun," kata Agung kepada Republika.co.id, Rabu (12/12).
Agung mengatakan, gol kedua yang diciptakan oleh PS Tira berada pada saat posisi offside. Namun, gol tersebut dianggap sah oleh wasit. "Yang menciptakan gol itu, dia ada dalam posisi offside ketika menerima bola," kata dia.
Agung pun menyayangkan kericuhan yang dilakukan oleh suporter PSIM. Hal tersebut, lanjutnya, menjadi pembelajaran bagi klubnya ke depan. "Padahal selama kompetisi Liga 2 tidak pernah seperti itu. Nah, artinya ada kelalaian dari panitia pertandingan PSIM lawan PS Tira," jelas dia.
Pada babak pertama pertandingan, lanjut Agung, timnya sempat menguasai lapangan. Namun, pada babak kedua kekuatan fisik timnya pun berkurang.
Hal tersebut karena belum lama ini timnya juga mengikuti pertandingan di Liga 2. Sehingga untuk latihan pun tidak maksimal. "Kemarin baru dipulangkan dan harus latihan sehingga berkurang energinya. Dari teamwork, kemudian fisik mereka berkurang. Sehingga, babak kedua saya rasa fisik kami tertinggal dari PS Tira," ujar dia menjelaskan.