Kamis 13 Dec 2018 16:39 WIB

Dirut KAI: Waspadai Titik Rawan Bencana

Jalur kereta di Wilayah Daop II Bandung dinilai rawan longsor

Rel kereta api di Jawa, ilustrasi.
Foto: WordPress
Rel kereta api di Jawa, ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) Edi Sukmoro meminta jajarannya untuk mewaspadai titik rawan bencana khususnya yang dilintasi kereta api. Terkait hal itu, pihaknya meminta masing-masing Daerah Operasi memerintahkan petugasnya menjaga titik-titik rawan tersebut.

Menurut Edi, untuk Daop VI Yogyakarta dan Jawa Tengah memang tidak terlalu banyak titik rawan longsor. Meski demikian, kata dia, tetap harus diwaspadai.

"Kalau di Daop 2 sana, Bandung, itu rawan longsor. Namun demikian yang harus diperhatikan oleh pak Kadaop adalah perlintasan sebidang. Ini saya minta dijaga betul," katanya di sela inspeksi angkutan Natal dan Tahun Baru 2019 di Stasiun Solo Balapan, Kamis (13/12).

Terkait hal itu, dikatakannya, Kementerian Perhubungan bekerja sama dengan Pemerintah Daerah terus berupaya agar perlintasan sebidang ditiadakan. "Seperti kalau di Solo ada flyover Manahan. Sekarang tidak ada crossing lagi karena itu sangat berbahaya," katanya.

Pada inspeksi tersebut Edi didampingi oleh Kepala PT KAI Daop 6 Yogyakarta Eko Purwanto dan jajarannya. Ia mengatakan inspeksi dilakukan untuk memastikan persiapan angkutan Natal dan Tahun Baru 2019.

"Dengan demikian, saat operasional nanti penumpang akan merasa nyaman meskipun ada kenaikan jumlah secara signifikan," katanya.

Sebelumnya, Manajer Humas PT KAI Daop VI Yogyakarta Eko Budiyanto mengatakan beberapa KA tambahan yang akan dioperasikan menghadapi lonjakan penumpang pada Natal dan Tahun Baru 2019, yaitu KA Argo Lawu tambahan, KA Argo Dwipangga tambahan, KA Lodaya, Taksaka, dan Sancaka. Ia mengatakan pengoperasian tersebut rencananya mulai tanggal 20 Desember 2018-6 Januari 2019.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
قَالَ يٰقَوْمِ اَرَءَيْتُمْ اِنْ كُنْتُ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّيْ وَرَزَقَنِيْ مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا وَّمَآ اُرِيْدُ اَنْ اُخَالِفَكُمْ اِلٰى مَآ اَنْهٰىكُمْ عَنْهُ ۗاِنْ اُرِيْدُ اِلَّا الْاِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُۗ وَمَا تَوْفِيْقِيْٓ اِلَّا بِاللّٰهِ ۗعَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْهِ اُنِيْبُ
Dia (Syuaib) berkata, “Wahai kaumku! Terangkan padaku jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan aku dianugerahi-Nya rezeki yang baik (pantaskah aku menyalahi perintah-Nya)? Aku tidak bermaksud menyalahi kamu terhadap apa yang aku larang darinya. Aku hanya bermaksud (mendatangkan) perbaikan selama aku masih sanggup. Dan petunjuk yang aku ikuti hanya dari Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya (pula) aku kembali.

(QS. Hud ayat 88)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement