Sabtu 15 Dec 2018 13:18 WIB

Warga Syukuran Bupati Kena OTT, Sosiolog: Bentuk Kekesalan

Sosiolog menilai hal tersebut merupakan ekspresi yang wajar asal tidak berlebihan.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Bayu Hermawan
Warga membawa patung ayam yang merupakan simbol pemerintahan Cianjur saat aksi unjuk rasa terkait tertangkapnya bupati Cianjur di alun-alun, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jumat (14/12/2018).
Foto: antara/Nurul Ramadhan
Warga membawa patung ayam yang merupakan simbol pemerintahan Cianjur saat aksi unjuk rasa terkait tertangkapnya bupati Cianjur di alun-alun, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jumat (14/12/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sosiolog Universitas Indonesia Imam Budidarmawan Prasodjo menilai, syukuran warga Cianjur setelah bupatinya, Irvan Rivano Muchtar tertangkap tangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), merupakan hal yang wajar. Namun dia mengingatkan warga tidak merayakannya secara berlebihan agar tidak berujung tindakan provokatif.

"Saya terkesan apa yang terjadi di sana bukan rekayasa yang diorganisir. Betul-betul luapan spontan dari warga. Apalagi ada angkot yang menggaratiskan. Itu luapan ekspresi karena mungkin ada rasa kekesalan yang terpendam lama ibarat bendungan jebol, yang meluap," ujarnya kepada Republika.co.id, Sabtu (15/12).

Baca Juga

Imam melihat ada aspirasi yang tersumbat di kalangan masyarakat Cianjur sehingga sampai menampilkan rasa syukurnya di tempat publik ketika bupatinya tertangkap KPK. Menurutnya, luapan ekspresi di Cianjur itu juga menunjukkan ada ketidakpuasan warga terhadap jalannya roda pemerintahan.

Terlebih, lanjut Imam, yang dikorupsi adalah dana pendidikan yang menjadi sektor vital bagi masyarakat. Sektor pendidikan ini tergolong sakral karena menyangkut masa depan anak-anak bangsa Indonesia. Warga tentu amat terpukul ketika sektor-sektor seperti pendidikan, keagamaan, dan kesehatan, menjadi bancakan pejabat daerahnya.

"Bisa saja ada ketersumbatan politik yang cukup lama, ada ketidakpuasan atas praktik yang menimbulkan kegelisahan warga dan sekarang menjadi jebol. Jadi ya sudah, luapkan saja, tidak mungkin tidak, dan ini wajar," katanya.

Namun Imam juga sepakat luapan kekesalan tersebut tidak perlu berlanjut jauh karena jika itu terjadi akan berujung pada tindakan yang bisa memprovokasi massa. Dampaknya bila itu diteruskan bisa berdampak negatif dan dalam situasi ini bisa mengundang pihak yang ingin menunggangi demi kepentingannya semata.

"Karena bisa saja nanti ada yang menunggangi. Apalagi sekarang adalah tahun politik. Jadi lebih baik luapkan saja dengan terkontrol dan terkendali, dan lebih ditujukan untuk mendorong perbaikan sistemik. Jadi bukan emosi yang diumbar," jelasnya.

Pada Jumat (14/12) kemarin siang, kawasan Alun-Alun Kabupaten Cianjur dipadati ribuan warga. Warga berdatangan ke alun-alun untuk meluapkan kegembiraan setelah Irvan Rivano tertangkap tangan KPK beberapa hari lalu.

Salah seorang warga Cianjur, Ahmad Adnan (30), merasa bersyukur KPK mengungkap kasus korupsi di wilayahnya. Sebab, jika korupsi dibiarkan akan menyengsarakan masyarakat. Ia berharap ke depan praktek korupsi di Cianjur bisa dicegah dan tidak terjadi lagi.

Anggota Forum Gerakan Masyarakat Peduli Korupsi Asep Toha mengatakan, aksi warga Cianjur dalam menyikapi OTT KPK terhadap bupati sangat wajar. "Ini adalah ekspresi atas ketidakpuasan mereka terhadap kinerja bupati selama ini," imbuh dia.

Menurut Asep, ditangkapnya bupati oleh KPK harus dijadikan pelajaran bagi pemerintah agar tidak main-main dalam menjalankan pemerintah. Harapannya ke depan, pemerintah melakukan pemerintahan yang bebas dari korupsi.

Wakil Bupati Cianjur Herman Suherman mengakui ada beberapa elemen masyarakat yang euforia dengan OTT KPK terhadap bupati. "Namun hingga kini kondisi kondusif," ucapnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement