REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Endro Yuwanto
Hevrilia Windawati, atlet judo Indonesia di kelas 70 kg putri, masih mengingat pertarungannya melawan atlet Korea Selatan, Kim Seongyeon, di babak eliminasi 16 Asian Games XVIII 2018 Jakarta pada 30 Agustus lalu. Kala itu, lutut kiri Hevrilia terputar dan tertindih oleh lawan hingga menyebabkan bunyi keras.
Usai insiden, lutut peraih medali perunggu pada SEA Games 2017, itu bengkak, tidak bisa menekuk. Hevrilia lantas mendapat penanganan awal di klinik Komite Olimpiade Indonesia (KOI). Ia pun terpaksa harus menjalani operasi agar dapat beraktivitas kembali secara normal.
Saat diputuskan harus operasi, mahasiswi Pendidikan Guru Universitas Negeri Surabaya ini memilih untuk dioperasi di Kota Surabaya. Alasannya, karena kedekatan dengan orang tua dan tempat tinggalnya.
Untunglah, Hevrilia tak perlu merisaukan soal biaya operasi dan lainnya. Ini lantaran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan menanggung seluruh biaya pengobatannya.
"Saya pribadi sangat merasa diperhatikan sebagai atlet karena risiko jadi atlet sangat tinggi dan rentan cedera apalagi yang body contact seperti saya. Ini karena biaya yang dikeluarkan untuk operasi enggak sedikit. Jadi saya sangat terbantu BPJS Ketenagakerjaan karena saya pun enggak mengeluarkan biaya sepeser pun," ujar Hevrilia kepada Republika.co.id, pertengahan Desember 2018 ini.
Menurut Hevrilia, seluruh atlet dalam tim Indonesia di Asian Games 2018 memang terdaftar sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan dan masih dalam masa perlindungan selama satu tahun. "Kemarin janjinya BPJS Ketenagakerjaan pengobatan akan dicover semua sampai sembuh. Alhamdulillah sampai saat ini saya juga masih dalam masa pemulihan dan masih dibiayai BPJS Ketenagakerjaan," kata gadis asli Mojokerto ini.
Senasib dengan Hevrilia, atlet baseball yang berlaga di Asian Games 2018, All Luthvy Jhonata, juga mengalami cedera. Bedanya, ia mengalami cedera saat latihan. All Luthvy sudah menjalani operasi ligamen lutut kiri di RS Medistra Jakarta pada awal Oktober lalu dan saat ini sedang proses pemulihan yang bisa memakan waktu sekitar enam bulan.
Ketua Tim Medis Tim Indonesia di Asian Games 2018 dr Andi Kurniawan mengatakan, ada sekitar 52 atlet Asian Games yang cedera, tujuh di antaranya sudah dioperasi saat perhelatan berlangsung. Sedangkan, sepuluh lagi dioperasi pasca-Asian Games, salah satunya adalah All Luthvy.
"Yang sembilan lagi tersebar di seluruh Indonesia. Hingga saat ini, kami masih memikirkan bagaimana tindak lanjutnya agar para atlet bisa kembali bermain. Kami tetap monitor karena mereka aset bangsa, mereka akan tanding lagi di SEA Games 2019 dan tahun depan mungkin akan kualifikasi Olimpiade 2020 Tokyo," ujar Andi saat berbincang dengan Republika.co.id.
Andi melanjutkan bahwa 35 atlet lainnya termasuk dalam cedera ringan. Artinya, si atlet bisa recovery namun butuh waktu. "Tentu saja semua recovery itu tetap butuh penanganan khusus dari BPJS Ketenagakerjaan karena mereka semua adalah atlet," jelas dia.
BPJS Ketenagakerjaan dan KOI memang sudah melakukan penandatanganan kerja sama terkait jaminan keselamatan para atlet dan ofisial yang tampil dan terkait dalam kegiatan Asian Games 2018 lalu. Dari hasil kerja sama sejak Jumat, 27 Juli 2018 itu, atlet dan ofisial yang mengalami cedera selama latihan, pertandingan, dan pasca-Asian Games hingga tahun 2019 mendatang mendapat perlindungan total.
"Jangka waktunya kalau nggak salah sampai sembilan bulan setelah Asian Games 2018. Seharusnya memang diperpanjang lagi karena selalu ada event olahraga, yang mendatang adalah SEA Games 2019 dan Olimpiade 2020," kata Andi berharap.
Namun demikian, Andi tetap bersyukur dengan bantuan yang didapat para atlet dari BPJS Ketenagakerjaan berupa asuransi sehingga atlet yang mengalami cedera tertangani dengan baik. Menurut dia, penanganan cedera juga merupakan bentuk tanggung jawab negara terhadap atlet. "Para atlet sudah berjuang, sudah bela negara, terus mengalami cedera, kami tanggung jawab. Kami berusaha memulihkan mereka," jelas Andi yang biasa berpraktik di Indonesia Sports Medicine Centre.
Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antara BPJS Ketenagakerjaan bersama Komite Olimpiade Indonesia (KOI) yang dilaksanakan langsung oleh Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Agus Susanto dan Ketua KOI Erick Thohir di Gedung BPJS Ketenagakerjaan, Jumat (27/7).
Ketua Umum KOI dan juga Ketua Panitia Penyelenggara Asian Games 2018 (Inasgoc) Erick Thohir menyatakan, selama ini para atlet nasional tak semuanya terlindungi. Tak sedikit atlet yang mengalami kesulitan finansial dalam perawatan saat dibekap cedera. “Terima kasih BPJS Ketenagakerjaan karena atlet-atlet ini seharusnya memang punya value lebih. Kerja sama ini semata-mata hanya untuk mensejahterakan atlet-atlet kita,” ujar dia.
Erick yang juga pemilik media Republika menerangkan, proteksi atlet di BPJS Ketenagakerjaan sementara ini memang bagi atlet yang tampil di Asian Games. Karena itu label dari kerja sama tersebut dalam kerangka BPJS Ketenagakerjaan dan tim Indonesia yang merupakan seluruh kontingen Merah Putih di Asian Games 2018.
Erick mengestimasi ada sekitar 1.306 atlet Indonesia yang tampil di Asian Games dan seluruhnya terlindungi BPJS Ketenagakerjaan. Dengan demikian, atlet bisa fokus berlatih dan bertanding karena tak khawatir cedera selama mengikuti Asian Games. "Banyak atlet berkarya serta berkarier dengan cara yang luar biasa. Meninggalkan masa mudanya, orang tuanya, ketika mereka mencurahkan segala fokus, harus berhenti karena cedera atau paling parah, kecelakaan. Ini yang kita jaga dan misi yang sama kita jalankan," katanya menambahkan.
Namun kerja sama antara keduanya hanya terikat selama 12 bulan atau satu tahun. Menurut Erick, itu artinya selama kerja sama tersebut, akan ada gelaran internasional lainnya yang diikuti kontingen Indonesia dan diharapkan melibatkan BPJS Ketenagakerjaan dalam urusan proteksi atlet nasional. “Kenapa BPJS Ketenagakerjaan? Karena kita ingin agar pemerintah ikut andil dalam memproteksi atlet-atlet ini,” jelas dia.
Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Agus Susanto menyatakan, atlet sebetulnya juga pekerja yang juga harus diberikan perlindungan dan jaminan kesejahteraan dalam menjalankan profesinya. “Atlet ini pekerja. Kategorinya profesi noninformal. Tapi atlet ini memang belum terlindungi dan kami mendapatkan amanah untuk memberikan jaminan dan perlindungan untuk profesi atlet ini,” kata dia.
Agus menegaskan, BPJS Ketenagakerjaan menunjukkan dukungannya kepada tim Indonesia dengan melindungi atlet yang mengalami cedera pada saat berlatih dan bertanding. BPJS bekerja sama dengan asuransi yang ditunjuk oleh Inasgoc, selaku penyelenggara Asian Games 2018, dan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Olympic Council of Asia (OCA). “Kami sebagai official partner tim Indonesia berupaya memberikan yang terbaik dalam perawatan tim Indonesia, karena kejadian yang mereka alami ini termasuk dalam kategori perlindungan Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) sehingga berhak mendapatkan perawatan sampai pulih kembali," jelas dia.
Agus menambahkan, manfaat JKK bagi atlet tak hanya berupa biaya perawatan dan pengobatan yang tanpa batasan biaya. Atlet yang membutuhkan pendampingan medis di masa rehabilitasi juga ditanggung biayanya. Bila ada cacat akibat cedera yang dialami, BPJS akan memberikan santunan berdasarkan besaran perhitungan dari persentase kecacatan yang timbul.
Agus juga menyampaikan apresiasi yang tinggi pada pencapaian tim Indonesia dalam ajang Asian Games yang merupakan multievent olahraga terbesar se-Asia. Tim Indonesia berhasil menyabet 98 medali dengan rincian 31 medali emas, 24 perak, dan 43 perunggu.
Prestasi tim Indonesia ini, lanjut Agus, tercapai berkat dukungan yang penuh antusias dari seluruh masyarakat Indonesia, sehingga atlet Indonesia mampu memberikan prestasi tertinggi pada ajang Asian Games. "Keberhasilan ini diraih sebagai buah kerja keras dan pengorbanan. Bahkan beberapa atlet sampai mengalami cedera sewaktu berjuang di Asian Games kali ini," jelasnya.
Menurut Agus, BPJS Ketenagakerjaan kini menjadi lebih punya tanggung jawab dalam partisipasi bersama untuk kesejahteraan para atlet di Indonesia. Hal ini pun, kata dia, sebagai bagian dari upaya BPJS Ketenagakerjaan menjalankan perannya sebagai penjamin kesejahteraan seluruh pekerja di Indonesia.