REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Majelis Rasulullah, Habib Nabil Al Musawa menyayangkan komentar politikus Ruhut Sitompul yang menyinggung keturunan Arab dalam kasus penganiayaan yang menjerat Habib Bahar bin Smith. Menurut pimpinan dari majelis terbesar di Indonesia itu, pernyataan Ruhut tidak etis karena menyinggung SARA.
"Tidak etis berkomentar dengan membawa-bawa SARA (sukuisme, agama, rasisme dan antargolongan)," ujar Habib Nabil kepada Republika.co.id, Kamis (20/12).
Habib Nabil meminta segala kritik atau respons atas kasus pribadi jangan diarahkan kepada ras, kelompok, apalagi agama tertentu. Terlebih yang mengucapkan adalah orang yang kini berada dalam pentas politik nasional.
Menurutnya, jika ada kritik terkait kasus personal, lebih elok diarahkan secara personal pula. Bukan justru menyinggung ras tertentu. Dia pun meminta semua pihak untuk menahan emosi dan bertindak secara elegan.
"Sebaiknya segala kritik diarahkan pada pribadi bukan pada ras, kelompok, dan agama tertentu. Ini nasihat buat semua orang, bukan hanya buat Ruhut. Mari kita jaga persatuan dan kesatuan negeri kita tercinta, yang dibangun dengan Bhinneka Tunggal Ika. Biasakan elegan dalam mengkritik dan jangan emosional," kata pemimpin dari majelis yang memiliki jutaan pengikut di sejumlah negara itu.
Unggahan Ruhut Sitompul di Twitter
Habib Nabil berahap jangan sampai pernyataan Ruhut itu sengaja dilontarkan untuk melukai hati masyarakat keturunan Arab secara umum. Sebab selama ini komitmen nasionalisme keturunan Arab-Indonesia sudah terekam dalam buku sejarah perjuangan bangsa.
Hingga kini banyak tokoh keturunan Arab-Indonesia yang tak hanya berpengaruh dalam hal keumatan, tapi kemasyarakatan secara umum. Sebut saja Alm Habib Munzir Al Musawa, Habib Lutfi, maupun habib-habib lain yang memiliki sejumlah majelis, perguruan, dan pesantren se-nusantara.
Bahkan beberapa kesultanan dan kerajaan yang masih berdiri di Nusantara dipimpin oleh tokoh keturunan Arab, seperti Kesultanan Siak. "Keturunan Arab sudah menunjukkan kiprahnya dalam perjuangan membela kemerdekaan Republik ini, juga membangun agama mayoritas yang amat toleran di negeri kita tercinta ini," ujar Habib Nabil.
Sebelumnya, Ruhut Sitompul mengaitkan identitas keturunan Arab dalam kasus yang menjerat Habib Bahar Bin Smith. "Kenapa Bahar yg Keturunan Arab itu baru sekarang ditahan?, melihat Kebiadabannya menganiaya Anak dibawah umur Rakyat Indonesia “Semua Manusia sama dihadapan Hukum” baik itu Rakyat Biasa Habib Ustadz Pendeta Pastor Biksu Jenderal Lawyer Jaksa Siapapun Dia. #01JokowiLagi MERDEKA," begitu salah satu tweet yang diunggah akun Twitter pribadinya, @ruhutsitompul.
Tak berhenti sampai di situ. Ruhut kembali mengaitkan keturunan Arab dalam kasus yang menjerat persona Bahar ini. Ruhut lantas membandingkan identitas ras keturunan Arab dan asli rakyat Indonesia dalam posisi pelaku dengan korban.
"Fadli Zon makin tidak berdaya akhirnya menunjukkan tingkat Stressssss yg semakin tinggi, Si Bahar yg Keturunan Arab Dia Pasang Badan membelanya, pada hal Asli Rakyat Indonesia disiksa dgn Bertopeng Tokoh Agama” Kapolda Jawa Barat 100 nilainya dimata Hukum’ #01JokowiLagi MERDEKA.
Unggahan Ruhut ini sontak menimbulkan reaksi di kalangan warganet. Ada sebagian yang mendukung. Tapi ada pula yang mengkitisi pernyataan ini sebagai bentuk rasisme.
Bukan kali ini saja Ruhut berkomentar kontroversial terkait keturunan Arab. Pada tahun 2009, Ruhut sempat dilaporkan masyarakat keturunan Arab di Indonesia akibat komentarnya yang menyebut, 'Arab tidak pernah membantu Indonesia.' Ruhut pun langsung meminta maaf atas komentarnya itu.
Pada 2014, kembali Ruhut dilaporkan akibat menyinggung orang keturunan Arab. Kali ini oleh salah satu politikus Demokrat Nurhayati Ali Assegaf yang merasa dillecehkan oleh Ruhut akibat dipanggil dengan sebutan "hey Arab" via telepon.