REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- PT Surveyor Indonesia (Persero) (PTSI) melalui Unit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) menyelenggarakan kegiatan pelatihan membatik dan pemasaran di Bantul, Yogyakarta, Selasa (18/12). Peserta pelatihan terdiri dari masyarakat umum Desa Bantulan dan sekitarnya. Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Direktur Keuangan dan Perencanaan Strategis PTSI Rosmanidar Zulkifli.
PTSI bekerja sama dengan pengrajin Batik Bantulan, Ahmad Zuhdi dan pengrajin Batik Warna Alam Kulon Progo, yang juga merupakan salah satu mitra binaan PTSI, sebagai instruktur pelatihan yang diselenggarakan selama dua hari ini.
Saat membuka pelatihan, Direktur Keuangan dan Perencanaan Strategis PTSI Rosmanidar Zulkifli mengatakan, pemilihan batik sebagai tema pelatihan dikarenakan batik memiliki nilai budaya dan sejarah yang sudah mengakar ke dalam jiwa bangsa. UNESCO menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi.
“Selain untuk meningkatkan kualitas ekonomi warga sekitar, pelatihan ini juga bertujuan untuk melestarikan kebudayaan Indonesia, khususnya batik,” ujar Rosmanidar dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Rabu (19/12). Di samping itu, kata dia, pelatihan dan pengembangan keterampilan sejalan dengan salah satu nilai yang diusung oleh PTSI yaitu nilai Kompetensi.
Rosmanidar menambahkan, pelatihan membatik dan pemasaran merupakan salah satu bentuk dari Program Bina Lingkungan yang bertujuan untuk memberikan pembinaan mengenai pendidikan dasar-dasar pemembuatan batik dan pemasaran.
Tujuannya adalah untuk untuk mempersiapkan tenaga kerja yang handal, terampil dan berkompeten guna menghadapi tantangan ekonomi di masa yang akan datang.
Karena itu, pemanfaatan batik dalam kehidupan sehari-hari adalah salah satu cara untuk melestarikan budaya. “Kini, batik semakin memiliki nilai dan peranan yang penting dalam membangun ekonomi bangsa dengan semakin meningkatnya citra positif batik baik di skala nasional maupun internasional,” tutur Rosmanidar.