Sabtu 22 Dec 2018 09:49 WIB

Ansor Ingatkan Kasus Muslim Uighur tak Sederhana

Ansor mengutuk jika benar ada represi terhadap warga Muslim etnis Uighur.

Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor Yaqut Cholil Qoumas ketika mengunjungi Kantor Republika, Jakarta, Jumat (7/9).
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor Yaqut Cholil Qoumas ketika mengunjungi Kantor Republika, Jakarta, Jumat (7/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—  Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, persoalan etnis Muslim Uighur di Xinjiang, Cina, adalah persoalan yang sangat kompleks sehingga tidak bisa hanya dilihat satu sisi.

"Persoalan ini sudah dimulai sejak Cina masih dalam masa kedinastian," kata Yaqut dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (22/12).

Menurut dia, Ansor mengutuk jika benar ada represi terhadap warga Muslim etnis Uighur yang melanggar hak asasi manusia (HAM).

Namun, tindakan Cina dalam menanggulangi persoalan separatisme, ekstremisme, dan terorisme tidak boleh diabaikan.

"Separatisme ini tentu saja ditangani Pemerintah Cina dengan cara dan langkah mereka yang harus dihormati oleh semua pihak karena menyangkut kedaulatan sebuah negara bangsa," ujarnya. 

Ia menyamakan dengan kebijakan Pemerintah Indonesia dalam menangani gerakan separatisme dan terorisme sehingga tidak ada hak bagi entitas negara mana pun untuk ikut campur urusan dalam negeri negara berdaulat yang lain. 

Ia tidak setuju dengan pelabelan Cina anti-Islam terkait persoalan Uighur. Penyikapan seperti itu dinilainya prematur, reaktif, tergesa-gesa serta mengesampingkan fakta sejarah.

Menurut Yaqut, fakta terkait Xinjiang juga dibelokkan sedemikian rupa sehingga menjadi senjata dari kekuatan politik tertentu untuk menyerang kekuatan politik lainnya.

"Fakta yang dihimpun GP Ansor sangat jauh berbeda dengan sebaran isu di Indonesia," katanya. 

Ia mengatakan berita yang tersebar bahwa Pemerintah Cina anti-Islam adalah pesan yang dibawa kepentingan tertentu, menunggang pada kekuatan politik tertentu, dengan tujuan membawa segala macam krisis tersebut ke Indonesia.

"Untuk itu, GP Ansor mengajak pada semua pihak untuk menyikapi persoalan Xianjiang ini dengan bijak, dan tidak memanfaatkan kejadian ini untuk tujuan-tujuan yang bisa memperkeruh suasana bangsa kita sendiri," ujar Yaqut.  

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement