REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jawa Barat mengakui ada penurunan kunjungan wisatawan macanegara (wisman) dari negara tetangga yang datang ke Jabar pada 2018 ini. Menurut Kepala Bidang Pemasaran Disparbud Jabar Iwan Darmawan, penurunan terjadi khususnya, berasal dari Wisman Malaysia dan Singapura.
"Jujur saya angka pastinya saya belum dapat karena ini bisanya di Januari atau Februari. Dipastikan wisatawan dari Malaysia sama Singapura ada penurunan," ujar Iwan kepada wartawan, Rabu (26/12).
Menurut Iwan, penurunan ini terjadi bukan karena kurangnya minat. Namun, ada dua faktor yang membuat kunjungan wisman Malaysia dan Singapura berkurang.
Pertama, disebabkan adanya pengurangan jumlah penerbangan dari dua negara tersebut ke Jawa Barat. Misalnya, Malaysia awalnya tiga kali penerbangan sekarang jadi cuma satu.
"Singapura dari enam kali sekarang hanya satu penerbangan, itu juga baru masuk lagi maskapai Garuda kemarin. Itu berpengaruh," katanya.
Alasan lainnya, kata Iwan, yaitu diversifikasi produk yang lambat. Ia tak menampik, promosi investasi industri pariwisatanya pun kurang.
Saat hendak melakukan ekspansi promosi suatu wilayah, maka harus dipastikan di wilayah tersebut terdapat industri baru. Karena, pendekatan 3A (akses, atraksi, amenitas) harus berjalan seiringan untuk mendongkrak jumlah wisatawan yang datang.
Sejauh ini, terkait amenitas yang masih perlu lebih didorong. Misalnya terkait hotel, yang memang tak seluruh kabupaten/kota memilikinya.
"Sekarang konsentrasi hotel itu masih di beberapa titik. Belum di 27 kabupaten/kota. Minimal harus ada bintang tiga saja satu," katanya.
Namun yang menarik, kata dia, wisman dari negara Timur Tengah dipastikan bertambah di tahun ini. Dalam satu bulan, ada sekitar 5.000 wisman dari Timur Tengah yang datang ke Bogor.
"Dan mereka pengeluaran per harinya 100 dolar AS dengan rata-rata menginapnya tujuh sampai 10 hari," katanya.
Bahkan, menurut Iwan, lonjakan wisman dari Timur Tengah juga mulai masuk ke Bandung Raya. Mereka antusias dengan tur keluarga yang ditawarkan. Rata-rata, wisatawan asal Timur Tengah ini menginap di hotel-hotel bintang empat ke atas.
"Maka kalau daerah ingin akses Timur Tengah harus ada investasi bintang empat atau bintang tiga itu yang paling rendah," katanya.
Saat ini, Disparbud Jawa Barat juga sedang menggenjot strategi memperpanjang lama tinggal, baik itu bagi wisman atau wisata nasional (wisna). Untuk itu, maka pihakya harus mempertajam pola multidestination.
"Nah ini kita sudah punya satu pemahaman dengan badan promosi dan industri," katanya.