Ahad 06 Jan 2019 20:17 WIB

Pemilu Dongkrak Pertumbuhan Industri Agro

Industri agro ditarget tumbuh 7,1 persen.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Dwi Murdaningsih
Dua unit truk mengangkut buah kelapa sawit di kawasan perkebunan sawit PTPN VI, Sariak, Pasaman Barat, Sumatra Barat, Sabtu (1/12/2018).
Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Dua unit truk mengangkut buah kelapa sawit di kawasan perkebunan sawit PTPN VI, Sariak, Pasaman Barat, Sumatra Barat, Sabtu (1/12/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai, industri agro dapat terdongkrak akibat permintaan domestik pada momentum pemilihan umum (pemilu) 2019. Oleh karena itu, Kemenperin menargetkan pertumbuhan sektor industri agro pada tahun ini mencapai lebih dari 7,10 persen. Target itu lebih tinggi dibandingkan capaian pada 2018, yakni sekitar 6,93 persen.

Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan, salah satu sektor yang akan meraih peluang besar adalah industri makanan dan minuman. "Pada rangkaian acara pemilu, permintaan terhadap produk-produk ini akan meningkat dibanding dengan hari biasa," ujarnya ketika dikonfirmasi Republika.co.id, Ahad (6/1).

Selama ini, industri agro menjadi sektor andalan dalam memacu kinerja industri pengolahan nonmigas, yang juga turut menopang pertumbuhan ekonomi nasional. Pada kuartal III/2018, industri agro mencatatkan pertumbuhan di angka 7,23 persen secara tahunan.

Pada semester I tahun 2018, industri agro menyumbang hingga 49,11 persen dari total produk domestik bruto (PDB) sektor nonmigas. Di periode yang sama, ekspor dari industri agro berkontribusi mencapai 23,26 miliar dolar AS atau 26,43 persen terhadap total ekspor nasional. "Artinya, produk-produk agro kita telah mampu berdaya saing global," tutur Sigit.

Sigit mengatakan, pertumbuhan industri agro didukung oleh tumbuhnya masing-masing subsektor. Selain industri makanandan minuman, ada juga industri hasil tembakau, industri pengolahan kayu, bambu dan rotan, industri kertas dan berbahan kertas, serta industri furnitur yang turut memberikan kontribusi.

Bahkan, Sigit menambahkan, investasi di industri agro juga menjadi motor penggerak pertumbuhan sektor manufaktur di Indonesia. Pada semester  pertama di tahun 2018, penanaman modal dalam negeri (PMDN) di industri agro mencapai Rp 24,32 triliun, sedangkan penanaman modal asing (PMA) menembus angka 1,1 miliar dolar AS.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memaparkan kinerja positif dari beberapa subsektor industri agro, antara lain industri pengolahan crude palm oil (CPO), kakao, dan gula. Di industri pengolahan sawit, program implementasi B-20 mendorong pertumbuhan pasar domestik produk hilir sebesar 6,5 persen serta ekspor produk pangan dan biofuel kelapa sawit tumbuh hingga 7,4 persen.

Saat ini, Airlangga mencatat, rasio ekspor produk hilir di industri CPO sebesar 80 persen dibandingkan produk hulu. Investasi mencapai 1,2 miliar dolar AS dengan penyerapan tenaga kerja langsung sebanyak 2.000 orang dan 32.000 tenaga kerja tidak langsung. "Pada 2019, pasokan biodiesel ditargetkan sebesar 6,1 juta ton yang didukung dengan pabrik biodiesel nasional berkapasitas terpasang mencapai 12,75 juta kiloliter," ucapnya.

Sementara itu, industri pengolahan kakao, terjadi peningkatan utilitas menjadi 61 persen pada tahun 2018 dibanding tahun 2017 sekitar 59 persen. Selanjutnya, industri pengolahan kakao menikmati surplus hingga 770 juta dolar AS dengan peningkatan ekspor cocoa butter sebesar 19 persen dan cocoa powder 18 persen pada Januari sampai September 2018.

Pertumbuhan di industri gula didukung oleh pembangunan tiga pabrik gula baru dengan total investasi mencapai Rp16,16 triliun dan kapasitas hingga 35.000 TCD. Ketiga pabrik gula baru itu adalah Rejoso Manis Indo di Blitar, Muria Sumba Manis di NTT, dan Pratama Nusantara Sakti di Ogan Komering Ilir.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement