REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masalah distribusi pangan terutama jagung dinilai sulit teratasi. Hal tersebut karena kondisi Indonesia yang cukup luas dan merupakan kepulauan.
Ketua Dewan Jagung Nasional Tony J Kristianto mengatakan, pemerintah sudah menyebarkan bibit jagung untuk ditanam di seluruh tempat di Indonesia. Namun, ungkapnya, pasar untuk jagung tersebut terpusat di Jawa untuk digunakan sebagai bahan baku pakan.
"Bagaimana? Kan mesti dikirim ke Jawa untuk menjadi uang. Ongkos agkutnya berapa?" ujarnya, Senin (7/1).
Biaya angkut tersebut bahkan bisa lebih mahal dibandingkan ongkos angkut jagung yang didatangkan dari luar negeri. Hal ini rupanya membuat harga jagung di tanah air sulit bersaing dengan jagung impor.
Keberadaan tol laut pun tidak cukup membantu karena biaya yang dikeluarkan mahal. Apalagi, jagung yang dikirim ke Jawa dalam skala kecil sehingga menambah beban biaya pengiriman semakin besar. Lagipula, ia melanjutkan, tidak semua benih yang dibagikan pemerintah ditanam para petani.
"Banyak lah maslaahnya, nggak cuma distribusi. Tapi salah satu yang bikin harganya mahal ya tempat produksi sama pasarnya jauh, terus tersebar kemana-kemana," kata dia.
Harga jagung yang dijual di sentra pun cukup tinggi lantaran infrastruktur yang tidak mendukung komoditas tersebut menjadi barang murah.
Sementara, solusi menyebarkan industri peternakan ayam di luar pulau Jawa diakui Tony sulit diterapkan. Sebab, pasar untuk daging ayam dan telur ayam berada di Pulau Jawa. Itu artinya, akan ada kesulitan lebih besar untuk mengangkut ayam dan telur ayam dari sentra peternakan baru ke pulau Jawa.
"Mengangkut makhluk hidup lebih sulit, jagung aja nggak bisa. Berapa banyak telur yang pecah sampai di Jawa," ujarnya.