REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Komisioner Komisi Pemilihan Umum Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Ade Wahyu Hidayat menilai, tingkat partisipasi pemilihan umum (pemilu) di wilayahnya masih rendah. Ia menyebut, Kota Tangsel termasuk 45 kabupaten/kota dengan tingkat partisipasi yang paling rendah.
Ia menjelaskan, pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 2014 partisipasi publik hanya 67 persen. Angka ini meningkat menjadi 69 persen pada pemilihan presiden (Pilpres) 2014. Namun, tingkat partisipasi publik pada pilkada wali kota 2015 kembali turun ke angka 57 persen dan 62 persen pada pilkada gubernur.
"Kota Tangsel sejak 2014 menggelar pemilihan nasional dan daerah tidak lebih dari 70 persen," kata dia.
Ia menargetkan, pada pemilu serentak 2019, tingkat partisipasi publik di Tangsel naik menjadi 77,5 persen. Karena itu, banyak pekerjaan yang perlu dilakukan KPU Kota Tangsel untuk meningkatkan partisipasi.
Ketua KPU Kota Tangsel Bambang Dwitoro mengatakan telah melakukan pemetaan. Namun, ia optimistis akan bisa melampaui target 77,5 persen tingkat partisipasi publik pada pemilu 2019.
"Kita sosialisasi pemilih pemula, mahasiswa, organisasi kepemudaan, dan lain-lain. Ini untuk memetakan strategi agar tingkat partisipasi tercapai. Jadi lebih efektif," kata dia.
Ia menyebut, kecamatan paling rendah tingkat partisipasi pemilunya di Kota Tangsel, antara lain Ciputat, Ciputat Timur, Pamulang, dan Pondok Aren. Saat ini, KPU Kota Tangsel akan tetap fokus jajaran di bawah dan mengajak calon anggota legislatif lebih banyak melakukan sosialisasi.
Wali Kota Tangsel Airin Rachmi Diany mengingatkan KPU Kota Tangsel untuk lebih sering melakukan sosialisasi. Ia berharap partiaipasi masyarakat Tangsel bisa tembus di atas 70 persen.
"Yang paling efektif adalah KPU untuk turun langsung, bila perlu door to door agar partisipasi masyarakat tinggi," kata dia.
Airin mengakui, tugas meningkatkan partisipasi masyarakat untuk memilih bukan hanya menjadi tanggung jawab KPU. Menurut dia, yang bisa menggerakkan masyarakat untuk memilih adalah yang punya kepentingan, seperti caleg dan timses calon presiden.
"Kita akan bantu dan back up karena kesuksesan pesta demokrasi adalah tingkat partisipasi masyarakat," kata dia.
Kapolres Tangsel AKBP Ferdy Irawan menilai, banyaknya perumahan di wilayah Tangsel menjadi salah satu alasan rendahnya partisipasi publik dalam pemilu. "Pemilu 2014 angka golput sekitar 30 persen di Tangsel. Ini perlu diteliti lebih lanjut apa karena apatis atau hari libur atau kurang jumlah TPS karena di sini banyak perumahan," kata dia.