REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI -- Sejumlah warga Suku Anak Dalam (SAD) atau yang dikenal dengan Orang Rimba menyerahkan tiga pucuk senjata api rakitan kepada Danrem selaku pimpinan Tim Ekspedisi Garuda Putih Korem 042/Garuda Putih. Mereka menghuni kawasan PT Wahana Perintis, Kabupaten Sarolangun.
Warga SAD yang menyerahkan senpi rakitan itu berasal dari kelompok Betilang, Ngelas, dan Ngumbang yang merupakan anggota Temenggung Menti. Senpi rakitan itu atau yang dikenal dengan kecepek biasa dipergunakan mereka untuk berburu.
"Kini kami serahkan untuk "Rajo Tentro" (pemimpin tentara) Jambi," kata juru bicara Betilang, seperti yang disampaikan melalui rilis Penerangan Korem diterima Antara, Jumat.
Ekspedisi Garuda Putih menelusuri rimba kawasan SAD itu masuk etape pertama pada Kamis (10/1). Mereka memulai perjalanan dari Lapangan Pauh Kecamatan Sarolangun. Ekspedisi yang dipimpin Danrem 042/Gapu Kolonel Inf Dany Budiyanto itu langsung bergerak menuju Desa Jelutih yang berada di kawasan PT Wahana Perintis yang bergerak di bidang perkebunan.
Danrem 042 kemudian menemukan satu kelompok suku anak dalam (SAD) pimpinan Temenggung Menti yang bermukim di kawasan konsensi milik perusahaan. Di sana juga ditemukan sedikitnya 35 kepala keluarga yang ikut bekerja mengisi polibag dan mereka diupah Rp150 per polibag yang diisi bibit sawit milik perusahaan PT Wahana Perintis.
"Kami menumpang bermukim di sini sembari bekerja mengisi polibag," kata Menti, Temenggung SAD itu.
Untuk menyambung hidup, menurut Menti, anggota kelompoknya memakan umbi-umbian. Jika ada sedikit uang, mereka baru bisa membeli beras.
"Saya dan anggota saya sangat senang dapat dikunjungi "Rajo Tentro Jambi", dengan bantuan sembako dan perobatannya," kata Menti.
Ekspedisi Garuda Putih menelusuri kawasan rimba SAD yang melintasi lima kabupaten di Jambi, banyak menemukan sisi lain kehidupan warga SAD. Bukan hanya keluhan soal kehidupan dan penyakit yang mereka derita, namun ternyata banyak SAD yang belum mendapatkan pengakuan negara.
Temenggung Ngamal, kelompok yang tinggal dari Koto Boyo Kabupaten Batanghari, mengaku selama ini anggota kelompoknya belum memiliki kartu tanda penduduk (KTP).
"Kami tidak punya KTP dan kami juga sering kesulitan kalau ditanya orang-orang. Dengan tidak memiliki KTP kami merasa sangat kesulitan dan jangankan untuk sekolah untuk sekadar mendapatkan fasilitas kesehatan saja kami juga sulit," katanya.
Sementara itu, Danrem 042/Gapu Kolonel Inf Dany Budiyanto mengatakan akan berusaha menyampaikan kesulitan yang dialami oleh warga SAD kepada pemerintah daerah. Ekspedisi Garuda Putih menelusuri kawasan rimba SAD digelar 10-12 Januari. Danrem beserta rombongan menelusuri kawasan pemukiman SAD di Desa Jelutih, Desa Hajran, Desa Padang Kelapo, Tanah Garo, Dwi Karya, Koto Boyo, Mentawak, Gading Jaya, Desa Bukit Suban, dan berakhir di kawasan terpadu Suku Anak Dalam.