REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Momen penting bagi Spanyol jika ingin memanfaatkan kesempatan menarik wisatawan Muslim. Tariq Mahmood, pendiri Andalusian Routes, menilai, Spanyol merupakan tempat yang unik untuk destinasi wisata.
Selain keindahan alam, wilayah tersebut memiliki sejarah yang panjang. Ketika pertama kali melihat Alhambra, di Granada, dia menyadari bahwa ini adalah tempat yang ideal untuk orang muda seperti dirinya. Seorang Muslim yang dibesarkan di Barat.
Pada saat yang sama dia merasa perlu untuk berhubungan dengan sejarah masa la lu peradagannya. Tidak ada negara yang bi sa bersaing dengan Spanyol. Tidak ada yang seperti Alhambra atau masjid di Cordoba di manapun sepanjang Eropa, katanya.
Ketika mengunjungi cagar budaya Islam, dia menyaksikan sendiri bagaimana para wisatawan begitu takjub dan mengagumi warisan tersebut. Mereka begitu senang berada di tempat yang dulu menjadi episentrum Andalusia.
Mahmood menyayangkan, Spanyol cenderung berpuas diri sebagai salah satu tujuan wisata utama dunia. "Saya tidak bisa memenuhi permintaan. Masalahnya adalah bahwa tidak ada cukup restoran dan hotel dengan ma kanan halal. Kita harus menolak kun jungan dalam jumlah besar," ujar Mahmood yang pindah ke Spanyol 28 tahun yang lalu dari Inggris setelah berkeliling ke seluruh negeri.
Namun, pendapat berbeda diutarakan Flora Saez, pengelola Nury Duha, satu-satunya operator wisata halal Spanyol. Menurut dia, Spanyol mengejar ketinggalan dengan cepat. Dua tahun lalu, jika pelancong me ne lepon hotel menanyakan apakah sudah bersertifikat halal, manajemen akan menjelaskan tidak tahu apa yang dibicarakan.
Saat ini, ada lebih banyak kesadaran sertifikasi halal. Banyak pelaku industri pariwisata menyadari potensi pasar Muslim. Di Granada, Francisco Perez Segoviano, pemilik restoran Al Fresco, mengatakan bahwa menarik pengun jung Muslim telah membantunya mengatasi krisis. Omzet tempatnya bekerja meningkat secara perlahan.