Kamis 17 Jan 2019 18:08 WIB

PLN Sebut Harga Listrik Berpotensi Turun

Beroperasinya pembangkit 35.000 MW bisa menurunkan harga jual listrik ke konsumen

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Tarif dasar listrik (ilustrasi). Pemerintah usulkan penambahan subsidi energi.
Tarif dasar listrik (ilustrasi). Pemerintah usulkan penambahan subsidi energi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), Sofyan Basir mengatakan harga listrik di Indonesia sebenarnya bisa saja lebih murah dari hari ini. Hanya saja, kata Sofyan hal tersebut membutuhkan skema yang matang dan terstruktur.

Sofyan menjelaskan skema yang terstruktur ini adalah dengan jumlah pembangkit yang dimiliki oleh negara mencukupi kebutuhan maka hal tersebut juga akan berdampak pada harga jual ke konsumen. Apalagi, kata dia, apabila pembangkit dibangun dengan teknologi yang cukup mumpuni sehingga membuat pembangkit efisien.

"Jadi kami yakin bisa menurunkan tarif listrik. Bukan saya mau bikin repot Dirut mendatang, itu by design kok, boleh tanya sama direksi lain. Itu mimpi kami. Yang mahal-mahal kami buang," tutur Sofyan, Kamis (17/1).

Ia menjelaskan pada 2022 saat seluruh pembangkit listrik dari program 35.000 MW mulai beroperasi, maka tarif listrik di Indonesia bisa saja turun dari tarif saat ini. Karena, ungkapnya, sejak awal program listrik itu untuk menurunkan cost kelistrikan nasional.

Berkaca pada negara tentangga seperti Jepang dan Cina saat kebutuhan listrik mereka hanya ditopang oleh sedikit pembangkit membuat beban dari pembangkit tersebut besar dan menambah cost operasional. Hal ini, kata Sofyan, terlihat dari negara tetangga yang sudah mulai masif membangun pembangkit maka harga pokok produksi mereka pun menjadi berkurang seiring beban yang berkurang.

"Harga listrik dari pengembang listrik swasta yang berasal dari Jepang mencapai 7 sen per kWh dan pembangkit dari Cina sebesar 6 sen per kWh. Namun, sejak ada kebijakan 35.000 MW, harga jual listrik untuk pembangkit dari perusahaan Jepang hanya 5 per kWh dan dari IPP Cina 4 sen per kWh," ujar Sofyan menjelaskan.

Sofyan juga mengatakan harga jual listrik dari pembangkit energi baru terbarukan (EBT) juga turun. Saat ada peraturan soal feed in tarrif harga jual listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) harganya 18 sen per kWh, tetapi PLN kini bisa menurunkan menjadi 10 sen per kWh.

"Demikian juga dengan solar panel, dari 22,5 sen per kWh menjadi 6,7 sen per KWh," tambah Sofyan.

Selain teknolgi, Sofyan menjelaskan salah satu faktor pendukung harga listrik yang murah adalah jumlah konsumsi per kapita. Ia menjelaskan konsumsi listrik di Indonesia pada tahun 2014 baru mencapai 900 per kWh per kapita, tetapi pada tahun 2018 sudah mencapai Rp 1.050 per kWh per kapita.

"Kalau konsumsi masih rendah, dia masih bisa meningkat. Apalagi ada mobil listrik dan kompor listrik," ujarnya.

Maka dari itu, Sofyan berharap dengan adanya mobil listrik dan kompor listrik akan meningkatkan penjualan listrik PLN secara besar-besaran. Sebab dengan memakai listrik akan menghemat pendapatan masyarakat.

"Pakai listrik lebih murah daripada memakai BBM atau LPG," tegasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement