Jumat 18 Jan 2019 09:45 WIB

Kota Sukabumi Perkuat Manajamen Penanganan Bencana

Anggaran bencana harus diketahui secara pasti dan disediakan secara memadai.

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Gita Amanda
Warga Dusun Cimapag Desa Sirnaresmi Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi melakukan evakuasi padi yang tertimbun longsor Selasa (8/1).
Foto: Republika/Riga Nurul Iman
Warga Dusun Cimapag Desa Sirnaresmi Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi melakukan evakuasi padi yang tertimbun longsor Selasa (8/1).

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Pemerintah Kota (Pemkot) Sukabumi berupaya memperkuat manajemen penanggulangan bencana. Salah satu caranya dengan meningkatkan peran lembaga Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBBD).

"Kami menekankan perlunya penguatan manajemen bencana Kota Sukabumi,’’ ujar Wakil Wali Kota Sukabumi Andri Setiawan Hamami kepada wartawan, Jumat (18/1). Upaya ini misalya dilakukan dengan menggelar rapat koordinsi penanganan pascabencana di Balai Kota Sukabumi pada Kamis (17/1).

Seperti diketahui, pada Ahad (13/1) lalu, sebanyak delapan titik di Kota Sukabumi dilanda bencana terutama banjir. Dampaknya sarana permukinan dan sekolah terdampak bencana tersebut.

Andri mengatakan, Pemkot berupaya melakukan penguatan BPBD dari sisi kelembagaan baik dari segi personil dan anggaran. Ia mengatakan BPBD seharusnya ditingkatkan tingkat kelembagaannya setara dengan eselon dua. Hal ini agar kuat dan anggarannya dapat diperhatikan dengan baik.

Langkah ini ungkap Andri, untuk mempercepat akselerasi pelayanan bencana. Terlebih bencana tidak bisa diprediksi sebelumya. Sehingga anggaran bencana harus diketahui secara pasti dan disediakan secara memadai.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan, Kawasan Pemukiman  dan Pertanahan Kota Sukabumi Asep Irawan menambahkan, sejumlah bencana yang terjadi terutama banjir akhir-akhir ini disebabkan sejumlah faktor. Misalnya tata fungsi lahan yang mengalami perubahan terutama di kawasan utara yang tidak diimbangi dengan upaya konservasi.

Dampaknya, ungkap Asep, pada saat hujan tinggi kawasan lahan utara tidak kuat menampung debit air hujan sehingga terjadi banjir. Namun sifatnya hanya bencana banjir genangan yang bisa surut setelah dua jam dengan ketinggian.

Penyebab lainnya, ungkap Asep, perilaku  pembuangan sampah yang sembarangan dilakukan masyarakat. Di mana sampah membuat aliran sungai tersumbat saat hujan mengguyur.

Kondisi ini ujar Asep harus bisa diantisipasi dngan kegiatan pencegahan dan sosialisasi kepada masyarakat. Targetnya supaya tidak terjadi bencana yang memberikan dampak yang lebih besar lagi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement