REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengaku heran munculnya penceramah agama yang menggunakan cara marah atau memaki dalam menyiarkan ilmu keagamaanya. Bahkan, ia bertanya-tanya apakah ajaran Rasulullah mengajarkan cara tersebut dalam melakukan tausyiahnya.
“Sekarang ceramah agama dengan cara maki, marah, betulkan Rasulullah melakukan itu? Maka penting (diterapkan) Ilmu Hadits atau kajian hadist agar pengamalan keagamaan kita tidak tercabut dari teladan kita Rasulullah,” ujarnya saat pembukaan acara SPAN-UM PTKIN di Hotel Borobudur, Rabu (23/1).
Baca: Kemenag Resmikan Seleksi Masuk PTKIN
Menurutnya, di tengah era globalisasi ini pengamalan keagamaan menjadi penting bagi seseorang. Terlebih, lembaga pendidikan tinggi Islam di Indonesia memiliki tanggung jawab untuk menjelaskan kepada masyarakat ketika ada pemahaman yang kurang tepat.
“Kita (Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri atau PTKIN) dan semua lembaga pendidikan tinggi Islam di Indonesia, maka kita (PTKIN) pihak paling otoritatif, pihak yang memiliki kompetensi bicara soal agama Islam, pihak yang paling bertanggung jawab untuk menjelaskan Islam pada masyarakat bukan hanya konteks Indonesia tetapi dunia, karena kita sudah tidak memiliki batasan geografis di tengah teknologi informasi yang saling menghubungkan ini,” jelasnya.
Baca Juga: Kemenag: Minat Pelajar Masuk PTKIN Naik
Sebelumnya, Kementerian Agama (Kemenag) meluncurkan Seleksi Prestasi Akademik Nasional dan Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri 2019 (SPAN-UM PTKIN). Adapun pelaksanaan SPAN UM PTKIN diikuti oleh seluruh PTKIN yang telah memenuhi prinsip adil, transparan dan tidak diskriminatif, dengan tetap memperhatikan potensi calon mahasiswa dan kekhususan PTKIN.
Kegiatan ini diresmikan oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin di Hotel Borobudur, Rabu (22/1). Dalam sambutannya, Lukman mengatakan kegiatan ini merupakan tahap awal proses mendapatkan calon terbaik mahasiswa di Indonesia.