Kamis 24 Jan 2019 16:00 WIB

Rusia Kritik Intervensi Barat dalam Krisis Politik Venezuela

Pergolakan politik di Venezuela mengundang reaksi internasional terutama AS dan UE.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Ilustrasi krisis Venezuela.
Foto: Reuters
Ilustrasi krisis Venezuela.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pemerintah Rusia mengkritik intervensi Barat dalam pergolakan politik di Venezuela. Moskow menilai, hal itu telah mengubah kekuasaan di negara tersebut.

"Perkembangan di Venezuela menunjukkan dengan sangat baik bagaimana masyarakat Barat yang progresif benar-benar memperlakukan hukum internasional, kedaulatan, dan non-intervensi dalam urusan internal negara-negara lain, dengan secara manual mengubah kekuasaan di sana (Venezuela)," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova melalui akun Facebook-nya pada Kamis (24/1), dikutip laman kantor berita Rusia TASS.

Pergolakan politik di Venezuela telah mengundang reaksi dunia internasional, terutama Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa. Hal itu terjadi setelah Majelis Nasional Venezuela menyatakan bahwa pemerintahan Maduro tidak sah.

Pemimpn Majelis Nasional sekaligus oposisi pemerintah Juan Guaido kemudian mendeklarasikan dirinya sebagai presiden sementara. Presiden AS Donald Trump, pada Rabu (23/1), mendukung kepemimpinan sementara Guaido atas Venezuela.

Kepala Dewan Eropa Donald Tusk juga telah menyiratkan dukungan terhadap Guaido. Menurutnya, Guaido memiliki mandat demokratis dari rakyat Venezuela. Pernyataannya berkaitan pula dengan aksi demonstrasi yang digelar warga Venezuela dalam rangka menuntut mundurnya Maduro.

"Tidak seperti Maduro, majelis parlemen, termasuk Juan Guaido, memiliki mandat demokratis dari warga negara Venezuela," ujar Tusk.

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Federica Mogherini juga menyerukan perlindungan terhadap Guaido dan anggota Majelis Nasional Venezuela. "Hak-hak sipil, kebebasan, dan keselamatan seluruh anggota Majelis Nasional, termasuk presiden yang mendeklarasikan dirinya sendiri, Juan Guaido, perlu diperhatikan dan dihormati sepenuhnya," kata Mogherini.

Selama empat tahun terakhir, Venezuela harus menghadapi krisis ekonomi yang terus memburuk. Menurut PBB, sejak 2014, sekitar 2,3 juta warga Venezuela telah meninggalkan negaranya. Hal itu memicu krisis migrasi terburuk dalam sejarah Amerika Latin.

Baca: Dewan Eropa Dukung Pemimpin Oposisi Venezuela

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement