Kamis 24 Jan 2019 22:42 WIB

Muhadjir Janji Benahi Fasilitas Pendidikan Bagi TKI di Tawau

Semua anak Indonesia memiliki hak pendidikan yang sama.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Muhammad Fakhruddin
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendi, melakukan kunjungan ke Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat atau Community Learning Centre (CLC) di Tawau, Sabah, Malaysia, Kamis (24/1).
Foto: Dian Fath Risalah
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendi, melakukan kunjungan ke Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat atau Community Learning Centre (CLC) di Tawau, Sabah, Malaysia, Kamis (24/1).

REPUBLIKA.CO.ID,TAWAU -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendi, melakukan kunjungan ke Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat atau Community Learning Centre (CLC) di Tawau, Sabah, Malaysia, Kamis (24/1). Mantan rektor Universitas Muhamadiyah Malang (UMM) itu menegaskan semua anak Indonesia memiliki hak pendidikan yang sama, baik yang tinggal di Indonesia ataupun yang tinggal di luar Indonesia.

"Saya senang bisa berkunjung ke beberapa. Di samping ada kondisi tapi ada yang perlu diperbaiki terutama CLC sarana tak memadai itu saya minta dibenahi. Saya minta dibangun sekolah baru satu atap dari TK, SD sampai SMP di bebrapa CLC," ujar Muhadjir di Tawau, Malaysia, Kamis (24/1).

Diketahui, sebagian besar para TKI di Tawau dan Sabah bekerja sebagai petani di ladang kelapa sawit ataupun ladang cokelat. Banyak pula di antara mereka yang tidak memiliki surat resmi ijin tinggal, sehingga tidak bisa mendapatkan hak pendidikan di Malaysia.

Oleh karenanya dalam upaya untuk memaksimalkan pelayanan pendidikan di Sabah ini maka dicanangkanlah pendirian CLC di ladang-ladang kelapa sawit yang menginduk dengan Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK), sehingga pendidikan anak-anak Indonesia di Sabah tidak terlalu memiliki kesenjangan yang kontras dengan pendidikan yang dinikmati oleh anak-anak Indonesia di dalam negeri. Namun, karena memiliki akses yang jauh dari ibu kota, sehingga fasilitas CLC masih banyak yang kurang memadai. Akibatnya, banyak orang tua berpikiran lebih baik sang anak ikut bekerja saja di ladang untuk menghasilkan uang dibandingkan harus mengenyam pendidikan. 

 "Semua anak Indonesia. Kalian semua punya hak yang sama. Berhak punya hak pendidikan.  Saya mohon kalau ada anak belum mau masuk pendidikan baik program humana dan CLC. Saya mohon untuk diimbau. Kita puya tanggung jawab memberikan pendidikan yang layak. Ini tanggung jawab pemerintah Indonesia. Tapi pasti tak bisa negara saja. Dukungan orangtua dan pemimpin perusahaan untuk mengurus fasilitas pendidikan," tegasnya.

Muhadjir pun berjanji akan menyampaikan semua keluhan yang ia dapat kepada Presiden Joko Widodo. "Semua akan saya laporkan ke beliau," ucapnya.

Sementara Kepala Perwakilan RI Tawau Sulistijo Djati Ismojo mengaku sangat terharu dengan kedatangan menteri Pendidikan. Karena ini adalah kali pertama pejabat tinggi negara setingkat menteri, melakukan kunjungan ke Tawau.

"Ini kebanggan kami semua. Karena ini kunjungan menteri pertama kali di kota Tawau ini. Khususnya di CLC Tunas Perwira. CLC non ladang ini berjuang sendiri dan kontribusi orangtua  yang tak terdaftar di Dinas Pendidikan Sabah," terang Djati. 

"Berbagai upaya dilakukan agar CLC ini diakui Malaysia. Bahkan, 2015 menlu sudah sampaikan ini. Meskipun tak terdaftar dan dengan fasilitas minim. Namun memiliki semangat luar biasa memajukan pendidikan anak-anak wni. Kami sangat bangga guru di sini," tutur Djati.

Diketahui, salah satu CLC yang dikunjungi CLC nonladang Tunas Perwira yang digawangi oleh Thomas Tenu. Bermodalkan dari uang sendiri, Thomas bersama sang istri, Yasinta mendirikan sekolah untuk para anak Tenaga Kerja Indonesia di ladang kelapa sawit. 

Dengan kondisi bangunan atap tanpa dinding dan reyot, semangat para siswa untuk belajar membuat Thomas dan Yasinta sang istri tetap bertekad memberikan pendidikan kepada para anak Indonesia. Berbeda dengan CLC yang dibuat Kemendikbud, CLC Tunas Perwira merupakan kelompok belajar yang dibuat oleh Thomas dan Istri untuk mengajarkan anak-anak WNI belajar baca dan tulis.

"Karena mula-mula pertama kali terlalu banyak anak sudah besar tak bisa baca. Kasihan kan mereka. Kebanyakan orangtua juga ingin anaknya bisa membaca lama-lama diketahui konsulat makanya diumumkan," tutur Yasinta.

Sementara Thomas mengaku seperti mimpi disambangi Menteri. "Saya sering mengkhayal. Istri bilang jangan mimpi. Istri saya dukung agar saya tak terlena. Jadi yang jadi kekuatan . Hari ini Tuhan dengar doa kita kedatangan pak menteri . Akhirnya hari ini memberikan semangat . Memberikan dukungan CLC yang cukup reyot. Dengan usaha saya membangun dengan bantuan warga saya. Mudah-mudahan anak-anak ini dibantu teman guru yang dikirim Kemendikbud. Anak yang dulu tak mengenal sejarah Indonesia. Dengan bantuan. Kami sepakat anak yang kerja di Sabah, anak indonesia harus kembali ke asal dan mengenal arti Indonesia," tuturnya.

 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement