REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Peradaban Islam merupakan peradaban yang komprehensif. Tidak sebatas dunia materi, tetapi juga ruhiyah, yang ketika berpadu melahirkan suatu peradaban yang komprehensif.
“Peradaban Islam itu perkawinan antara pandangan-pandangan metafisika yang sifanya ruhiyah dengan pandangan mengenai kemajuan fisik. Jadi kemajuan fisik dengan kemajuan ruhiyah ini dipadukan sedemikian rupa sehingga lahirlah apa yang disebut dengan Islamic civilization. Maka di dalam Islam, menjadi sempurna, komprehensif, yang disebut dengan kemajuan peradaban itu,” terang Tiar Anwar Bahtiar dalam paparannya saat menjadi pembanding dalam bedah buku Era Peradaban Baru di Islamic Center Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (19/1). Bedah buku tersebut diadakan pada rangkaian Rapat Kerja Wilayah DPW Hidayatullah Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi (Jabodebek).
Menjelaskan lebih lanjut hal tersebut, pembanding berikutnya, Ketua DDII Bekasi, Ustadz Ahmad Salimin Dani menegaskan bahwa jika ingin peradaban Islam tegak, umat Islam mesti membangun masjid. "Masjid adalah pusat peradaban Islam. Ketika tiba di Quba, yang pertama dibangun oleh Nabi adalah masjid. Begitu pula kala tiba di Madinah, masjid menjadi program pertama dan utama yang Nabi bangun untuk membangun manusia yang beradab dan berakhlak mulia," urainya dalam rilis Hidayatullah yang diterima Republika.co.id, Senin (21/1).
Pembanding selanjutnya, Rektor UNISMA Bekasi, Dr Nandang Najmulmunir mendorong agar umat memahai makna iqra dengan sebaik-baiknya. "Peradaban Islam adalah peradaban ilmu. Di dalam buku Era Peradaban Baru hal ini menjadi bahasan utama. Oleh karena itu, penting bagi kita membaca atau iqra dalam arti yang sebenarnya, mencari makna dan menerapkannya di dalam kehidupan. Jadi, jangan puas hanya membaca Alquran, tanpa pernah benar-benar berusaha menggali makna dengan sebaik-baiknya," ulasnya.
Pada sesi awal, penulis buku Era Peradaban Baru, Dr Abdul Mannan menegaskan, membangun peradaban dibutuhkan usaha nyata dalam membangun tradisi ilmu yang dilanjutkan dengan komitmen untuk memulai.
"Membangun peradaban berarti harus membangun tradisi ilmu yang dilanjutkan dengan komitmen mengamalkan atau memanivestasikan iman di dalam hati ke dalam kehidupan nyata. Maka, kunci tegaknya peradaban Islam sebenarnya jelas, yakni ibda' binafsih (mulai dari diri sendiri) kemudian dilanjutkan keluarga, kemudian masyarakat," pungkasnya.