REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, penderita penyakit demam berdarah dengue (DBD) terus bertambah. Hingga Selasa (29/1), tercatat sedikitnya 133 jiwa meninggal dunia akibat penyakit yang ditularkan nyamuk Aedes aegypti tersebut.
Direktur Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, mendapat laporan dari 34 provinsi bahwa mulai 1 Januari 2019 hingga Rabu (30/1) tercatat sudah terjadi 13.683 kasus DBD dan penderita yang tidak tertolong sudah ratusan jiwa. "Data kematian hingga 29 Januari 2019 sebanyak 133 jiwa," katanya saat konferensi pers perkembangan kasus DBD di Jakarta, Rabu (30/1).
Ia menjelaskan, mayoritas 133 kematian terjadi pada hari keempat sampai ketujuh saat fase syok. Yakni, saat nadi tidak terasa karena darah keluar dari pembuluh darah dan pendarahan yang tidak berhenti.
Nadia memaparkan, kematian terjadi di Jawa Timur (Jatim) sebanyak 47 jiwa, Nusa Tenggara Timur (NTT) 14 jiwa, Sulawesi Utara 13 jiwa, Jawa Barat 11 jiwa, Jawa Tengah sembilan jiwa, Kalimantan Tengah sembilan jiwa, Sulawesi Selatan delapan jiwa, Sumatra Selatan tiga jiwa, Banten tiga jiwa. Kemudian, Nadia melanjutkan, Kalimantan Timur tiga jiwa meninggal dunia, Kalimantan Barat dua jiwa, Gorontalo dua jiwa, Sulawesi Tengah dua jiwa, Aceh dua jiwa, Riau satu jiwa, Jambi satu jiwa, Kalimantan Selatan satu jiwa, Sulawesi Barat satu jiwa, dan Papua satu jiwa.
Sementara itu, dia menambahkan, kasus DBD terbanyak terjadi di Jatim, yakni sebesar 2.657 jiwa. Kemudian, disusul Jawa Barat 2.008 kasus, NTT 1.169 kasus, Jawa Tengah 1.027 kasus, Sulawesi Utara 980 kasus, Lampung 827 kasus, dan DKI Jakarta 613 kasus DBD. Kasus DBD paling sedikit tercatat di Papua sebanyak dua jiwa.