REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepolisian telah menangkap tersangka penyebar hoaks unjuk rasa di Morowali, Sulawesi Tenggara. Tersangka berinisial I itu merupakan seorang pedagang makanan batagor.
"Setelah video viral, dari tim siber melakukan patroli siber. Ditemukan kreator dan buzzer adalah tersangka atas nama I di Bogor," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigjen Dedi Prasetyo, di Gedung The Tribrata, Jakarta Selatan, Rabu (30/1).
Dedi menyebutkan, motif I menyebarkan kabar bohong tersebut adalah ingin membuat gaduh jagad media sosial. I membuat narasi adanya tenaga kerja asing yang berunjuk rasa di Morowali. Ia mengambil foto dari Facebook.
"Hari ini baru ditangkap dan dilakukan pemeriksaan. Ditahan dikenakan pasal 14 ayat 1 dan 2 dan pasal 15 UU No. 1 tahun 1946 tentang menyebarkan berita bohong dan gaduh dengan ancaman 10 tahun," terangnya.
Dedi menyebutkan, fakta yang sebenarnya terjadi, peristiwa tersebut bukanlah unjuk rasa yang dilakulan TKA asal Cina, melainkan unjuk rasa buruh yang menuntut kenaikan UMSK. Di Morowali sendiri, kata Dedi, jumlah TKA kurang dari 10 persen.
"Keberadaan TKA ini dalam rangka alih teknologi pada proyek industri strategis nasional, yang akan banyak memberikan keuntungan bagi Indonesia," jelasnya.
Di samping itu, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) M. Hanif Dhakiri memberikan klarifikasi terkait demo pekerja di PT. Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. Ia menyebut demo tersebut bukan soal TKA Cina, melainkan perihal upah buruh.
"Semua demo pekerja di Morowali menuntut kenaikan upah minimum sektoral kabupaten (UMSK), bukan demo tenaga kerja asing (TKA) Cina atau demo menolak TKA Cina," kata Hanif melalui siaran pers di Jakarta, Jumat (25/1).
Dia melanjutkan, tuntutan kenaikan USMK tersebut saat ini prosesnya sedang ditangani oleh otoritas yang ada di daerah, termasuk mediasi hingga ke pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah.
Karena itu, Hanif berharap kepada seluruh masyarakat untuk tidak termakan hoax seluruh pekerja di Morowali yang dipelintir menjadi demo TKA China atau demo menolak TKA China. "Jangan termakan hoaks, jangan ikut menyebarkan hoaks, dan waspadai adu domba atau propaganda yang memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa," ujar Hanif.