REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapolda Kalimantan Barat Irjen Didi Haryono menyebutkan ada empat tujuan para penyebar hoaks. Yakni, mengadu domba, menyebarkan fitnah-fitnah dan mencemarkan nama baik, membuat cemas, dan perang menggunakan jaringan untuk mempengaruhi orang lain.
“Hoaks paling banyak disebar adalah sosial politik, kesehatan dan SARA. Isu inilah dianggap paling paten dan mempan untuk memecah belah,” kata Didi dalam siaran pers yang diterima Republika, Kamis (7/2).
Jenderal bintang dua ini juga menyebutkan bentuk hoaks yang kerap diterima oleh pengguna media sosial. Yakni, 62,10 persen dalam bentuk tulisan, 37,50 dalam bentuk gambar, dan 0,4 persen dalam bentuk video.
Sementara, ia menambahkan, saluran penyebaran paling banyak ada di media sosial 92,40 persen. Karena itu, ia meminta agar masyarakat bijak dalam menggunakan sosial media.
Ia menambahkan media sosial sebaiknya digunakan dengan tujuan mendapatkan dampak positif. “Kalau disalahgunakan justru akan menjerumuskan siapapun penggunanya,” kata dia.
Didi pun berharap generasi milenial dapat menjadi agent perubahan untuk melawan dan menolak hoaks. Generasi millennial dapat menjadi pelaku utama meminimalisir penyebaran hoaks.
“Kalianlah para generasi millenial yang diharapkan untuk melawan hoax,” ujar Didi saat berjumpa dengan para penggiat sosial media di Kota Pontianak.
Didi juga mengingatkan kecepatan informasi bukanlah segalanya. Namun, pengecekan secara teliti dari informasi itu penting dilakukan oleh penerima informasi.
Tidak hanya anak muda, didi berharap semua lapisan masyarakat untuk selalu teliti dan menelusuri sumber informasi yang beredar. “Era sekarang banyak orang yang sengaja menyebarkan hoaks untuk mencapai tujuan mereka. Jika masyarakat percaya, maka penyebar akan merasa senang karena apa yang diharapakan akhirnya terjadi,” tuturnya.