REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALPINANG -- Kunjungan wisatawan mancanegara ke Museum Timah Indonesia di Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, selama 2018 tercatat sebanyak 276 orang. Jumlah kunjungan ini mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya 297 orang.
"Jumlah wisatawan mancanegara atau wisman 2018 mengalami penurunan dibandingkan dua tahun terakhir, karena wisatawan yang berwisata di Pulau Bangka berkurang," kata Kepala Museum Timah Indonesia Muhammad Taufik di Pangkalpinang, Sabtu (9/2).
Ia mengatakan jumlah wisatawan mancanegara seperti Singapura, China, Jepang, Belanda dan negara lainnya pada 2016 sebanyak 342 orang, pada 2017 sebanyak 297 orang dan 2018 hanya 276 orang. "Biasanya wisatawan mancanegara berkunjung ke museum bersejarah ini melalui biro perjalanan wisata yang pada tahun lalu menurun," katanya.
Ia mengaku tidak mengetahui secara pasti penyebab penurunan kunjungan wisatawan asing ini. Namun demikian, pihaknya tetap optimistis pengunjung 2019 akan mengalami peningkatan seiring sarana dan prasana pendukung museum ini semakin ditingkatkan.
Misalnya, Museum Timah Indonesia menyediakan dua unit bus Pownis, bus wisata gratis yang siap mengantarkan wisatawan mengunjungi objek wisata sejarah di Kota Pangkalpinang dengan sensasi kendaraan angkutan umum tahun 1980-an. Selain itu, peningkatan fasilitas di dalam dan luar museum untuk kenyamanan pengunjung museum bersejarah itu.
"Kami optimistis kunjungan wisatawan tahun ini meningkat, karena sarana dan prasanana pendukung museum ini yang semakin baik untuk keamanan serta kenyamanan pengunjung," katanya.
Menurut dia, Museum Timah Indonesia merupakan museum teknologi pertimahan yang dikelola PT Timah Tbk. Museum ini didirikan pada 1958 untuk mencatat sejarah pertimahan di Bangka Belitung.
Museum Timah Indonesia menempati sebuah gedung bersejarah yang awalnya adalah rumah dinas Hoofdt Administrateur Bangka Tin Winning (BTW). "Pada masa perjuangan Kemerdekaan Indonesia, Bung Karno, Hatta dan para pemimpin tinggi Republik Indonesia diasingkan ke Bangka danmengadakan perundingan dengan utusan PBB (Komisi Tiga Negara) pada 1948 di gedung tersebut," kata Taufik.