Senin 11 Feb 2019 17:40 WIB

Harga Tiket dan Tarif Bagasi Hambat Pemulihan Wisata Lombok

Momennya tidak tepat, ini semacam serangan mendadak, seharusnya naik dikit-dikit.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Agen travel dari Estonia usai famtrip Lombok di Bandara Internasional Lombok, NTB, Senin (28/1).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsi
Agen travel dari Estonia usai famtrip Lombok di Bandara Internasional Lombok, NTB, Senin (28/1).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia atau Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Nusa Tenggara Barat (NTB) Dewantoro Umbu Joka mengatakan sektor pariwisata Lombok mengalami ujian bertubi-tubi. Umbu mengatakan, cobaan berat harus diterima sektor pariwisata Lombok yang sempat dilanda bencana gempa pada tahun lalu.

Belum benar-benar pulih akibat dampak gempa, lanjut Umbu, pariwisata Lombok kembali dihadapkan persoalan lain yakni kenaikan harga tiket pesawat dan penerapan bagasi berbayar yang terjadi saat masa sepi atau low season.

Baca Juga

"Sejak gempa sudah banyak cancel, pascagempa low season, harga tiket pesawat naik, ditambah bagasi berbayar, ini kan tidak lazim," ujar Umbu di Kantor Dinas Pariwisata NTB, Senin (11/2).

Umbu menilai, kenaikan harga tiket pesawat dan penerapan bagasi berbayar yang terjadi saat low season semakin membuat sektor pariwisata Lombok menderita. Padahal, Umbu katakan, sektor pariwisata Lombok sedang berjuang untuk kembali pulih dari dampak bencana. Akibatnya banyak anggota Asita NTB yang tidak lagi menerima pesanan dari para tamu untuk berlibur di Lombok.

Umbu menilai, kondisi seperti ini tidak sejalan dengan program pemerintah yang menargetkan adanya kenaikan kunjungan wisatawan. Terutama untuk mendongkrak perekonomian masyarakat yang bergantung pada sektor pariwisata.

Di sisi lain, Umbu mengatakan maskapai juga tidak secara penuh bersalah dalam menaikan harga tiket pesawat dan penerapan bagasi berbayar. Menurut Umbu, maskapai tidak melanggar peraturan dalam mengeluarkan dua kebijakan tersebut.

"Memang maskapai tidak salah juga, tidak melanggar juga karena masih dalam tarif batas atas dan bawah, tapi mungkin sisi etika yang dilanggar. Tidak tepat saat musim (low season) begini dikasih harga mahal kan tidak pas situasinya," ucap Umbu. 

Umbu menyayangkan sikap maskapai yang terkesan mengabaikan aspek etika dan juga secara mendadak menaikan harga tiket pesawat serta menerapkan bagasi berbayar. Menurut Umbu, seharusnya maskapai bisa melakukan kenaikan harga tiket pesawat dan penerapan bagasi berbayar secara bertahap agar masyarakat tidak kaget dan membuat mengurungkan niatnya berlibur.

"Momennya tidak tepat, ini tiba-tiba semacam serangan mendadak, seharusnya naik dikit-dikit, bagasi juga pelan-pelan ada tahapan, jadi orang nggak kaget, kalau kaget kan pasti 'jantungan' dan tidak bisa jalan," kata Umbu. 

 

Rencananya, seluruh perwakilan DPD Asita se-Indonesia akan menggelar aksi damai menyuarakan tuntutan agar adanya penurunan harga tiket pesawat  dan penerapan bagasi berbayar di depan Istana Presiden di Jakarta pada 28 Februari mendatang.

 

"Kita mohon Pak Presiden bantu agar harga tiket pesawat dan bagasi berbayar ditinjau ulang, kan pemerintah punya target meningkatkan kunjungan wisatawan, kalau mandek, apa yang mau diharapkan," kata Umbu menambahkan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement