REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan kenaikan tarif tiket pesawat disebabkan persaingan tidak sehat antarmaskapai yang sebelumnya berlomba menjual tiket penerbangan dengan harga murah.
"Jadi kalau kita tekan terlalu murah tiketnya, juga bagus untuk jangka pendek. Tapi jangka panjangnya, mereka tidak bisa beli pesawat baru, akhirnya kita yang kena juga," kata JK di Kantor Wapres Jakarta, Selasa (12/2).
JK menjelaskan menjual tiket penerbangan komersial dengan harga murah memang menguntungkan dengan mendapat banyak peminat penumpang, namun keuntungan itu hanya berlaku dalam jangka pendek. JK memberikan contoh sejumlah maskapai berbiaya murah yang akhirnya menutup perusahaan karena tidak lagi mampu membayar biaya operasional.
"Mengelola airlines itu tidak mudah, apalagi kalau mau ditarik murah. Sudah berapa airlines yang tutup? Ada Batavia dulu, ada Adam Air, ada Merpati, ada Mandala, ada Simpati. Semua itu kan tutup, bangkrut," ujarnya.
Dengan adanya persaingan tidak sehat tersebut akibatnya industri transportasi udara di Indonesia didominasi antara lain oleh dua perusahaan besar, yakni PT Garuda Indonesia (Persero) dan PT Lion Mentari Airlines. JK pun mengatakan dominasi tersebut juga salah satunya disebabkan matinya maskapai yang menjual harga tiket pesawat murah.
"Menurut saya bukan kartel, karena mereka terlalu murah akhirnya yang lain mati. Jadi bukan karena didesain, tapi karena mereka mencoba-coba masuk airlines dengan tarif murah, ya mati," katanya.
Oleh karena itu untuk menghindari kepanikan masyarakat dalam menghadapi kenaikan harga tiket pesawat, JK meminta seluruh perusahaan penerbangan duduk bersama dan menentukan biaya tetap operasional.
"Saya kira, walaupun mereka (maskapai) bersaing, mereka juga harus tetap menghitung biaya tetapnya, ada harga pokok BBM itu. Karena 35 persen dari ongkos pesawat itu avtur," ujarnya.